KECEPATAN PENGADOPSIAN INOVASI
Adopsi dalam
proses penyuluhan pada hakekatnya dapat diartikan sebagai proses
perubahan
perilaku lain yang berupa: pengetahuan (cognitive), sikap (affective),
maupun
ketrampilan (psycho-motoric)
pada diri seseorang setelah menerima “inovasi“ yang
disampaikan
penyuluh oleh masyarakat sasarannya. Penerimaan inovasi tersebut, bisaanya
dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung oleh orang lain, sebagai
cerminan dari adanya perubahan: sikap, pengetahuan dan atau ketrampilannya
(Mardikanto, 1996: 104).
Inovasi adalah
sebuah proses pembaruan dalam unsur kebudayaan masyarakat, yakni teknologi.
Inovasi berarti penemuan baru dalam teknologi manusia. Sifat-sifat kecepatan
adopsi inovasi adalah sebagai berikut :
1. Keuntungan
– keuntungan relatif (relative advantages), yaitu apakah cara – cara
atau gagasan baru ini memberikan sesuatu keuntungan relatif bagi mereka yang
kelak menerimanya. Hal
ini digunakan oleh si inovator untuk menciptakan ide atau bentuk inovasi nyata
degan memikirkan apakah inovasi yang diciptakan berguna secara berkala yang
dapat terus berlanjut bagi masyarakat dalam menggunakannya.
2. Keserasian
(compatibility); yaitu apakah inovasi yang hendak di difusikan itu serasi
dengan nilai – nilai, sistem kepercayaan, gagasan yang lebih dahulu
diperkenalkan sebelumnya, kebutuhan, selera, adat – istiadat dan sebagainya
dari masyarakat yang bersangkutan. Sebuah inovasi yang diciptakan tidak serta merta diciptakan secara
langsung, tapi dipikirkan terlebih dahulu bagaimana inovasi tersebut dapat
diterima oleh masyarakat dengan upaya menserasikan inovasi tersebut dengan apa
saja bentuk nilai dan sebagainya yang sudah ada di masyarakat sehingga tidak
ada ketidakserasian jika sebuah inovasi telah siap dipublikasikan.
3. Kerumitan
(complexity); yakni apakah inovasi tersebut dirasakan rumit. Pada umumnya
masyarakat tidak atau kurang berminat pada hal-hal yang rumit, sebab selain
sukar untuk dipahami, juga cenderung dirasakan merupakan tambahan beban yang
baru. Sudah jelas disini dikatakan bahwa
hal hal baru yang akan dipublikasikan harus mudah digunkan karena umumnya
masyarakat akan menjadi pengguna dengan melihat tingkat kerumitan sebuah
inovasi, biasanya jika inovasi yang dipublikasikan mudah digunakan maka masyarakat
akan banyak mengadopsi inovasi tersebut. Setidaknya, sebuah inovasi harus
memiliki tingkat guna yang besar dan mudah digunakan oleh masyarakat.
4. Dapat
dicobakan (trialability); yakni bahwa sesuatu inovasi
akan lebih cepat diterima, bila dapat dicobakan dulu dalam ukuran kecil sebelum
orang terlanjur menerimanya secara menyeluruh. Sebaiknya sebuah inovasi dapat di cobakan
terlebih dahulu sebab tingkat kepercayaan masyarakat atau calon pengguna
inovasi pasti mempertimbangkan inovasi yang baru dikenalnya, jika inovasi
tersebut telah dicobakan dan berhasil maka hal tersebut mampu memberikan dampak
positif yaitu ketertarikan yang lebih besar untuk masyarakat.
5. Dapat
dilihat (observability); jika suatu inovasi dapat disaksikan dengan mata, dapat
terlihat langsung hasilnya, maka orang akan lebih mudah untuk mempertimbangkan
untuk menerimanya, ketimbang bila inovasi itu berupa sesuatu yang abstrak, yang
hanya dapat diwujudkan dalam pikiran, atau hanya dapat dibayangkan. Hasil nyata
sebuah inovasi merupakan bukti yang jelas terlihat oleh mata merupakan bentuk
inovasi yang dapat dipertimbangkan untuk diterima daripada ide-ide yang tidak
dapat diwujudkan.
Jadi, dalam kelima sifat ini sudah dijelaskan
bagaimana inovasi dapat diterima oleh masyarakat agar sebuah inovasi dapat
mendukung memenuhi kebutuhan yang sebelumnya ada menjadi tidak ada atau yang
sebelumnya tidak memberikan banyak manfaat menjadi sangat bermanfaat.
Adapun
beberapa aspek-aspek kecepatan adopsi inovasi yakni :
a. Relative advantage (keunggulan relatif), apakah inovasi
yang diintroduksikan memberikan manfaat kepada adopters yang diukur
tidak hanya pada aspek teknis dan ekonomis, juga dikaitkan dengan social
prestige, kenyamanan (convenience) dan kepuasan (satisfaction).
b. Compatibility (kesesuaian) adalah tingkat keserasian dari suatu
inovasi apakah inovasi tersebut konsisten dengan nilai-nilai yang ada,
pengalaman sebelumnya dan kebutuhan adopter. Inovasi yang tidak sesuai dengan
nilai-nilai dan norma-norma adopter akan sulit diadopsi atau Jika inovasi
berlawanan atau tidak sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang dianut oleh
adopter maka inovasi baru tersebut tidak dapat diadopsi dengan mudah oleh
adopter.
c. Complexity (kerumitan), berkaitan dengan tingkat kesulitan
hasil inovasi untuk dipahami dan digunakan oleh individu atau masyarakat/dunia
industri. Inovasi yang kompleks relatif lebih sulit diadopsi,inovasi yang
relatif lebih sederhana akan lebih mudah diadopsi.
d. Trialability atau triabilitas (ketercobaan/dapat
diuji coba), merupakan tingkat apakah suatu inovasi
dapat dicoba terlebih dahulu atau harus terikat untuk menggunakannya. Suatu
inovasi dapat diuji cobakan pada keadaan sesungguhnya, inovasi pada umumnya
lebih cepat diadopsi. Untuk lebih mempercepat proses adopsi, maka suatu inovasi
harus mampu menunjukkan keunggulannya, sejauh mana inovasi dapat dicoba dan
diuji dalam skala kecil, inovasi yang trialable akan mengurangi keraguan
untuk mempelajari dan kemudian mempertimbangkan untuk mengadopsinya.
e. Observability (keteramatan), adalah tingkat bagaimana hasil penggunaan suatu inovasi dapat
dilihat oleh orang lain. Semakin mudah seseorang melihat hasil suatu inovasi,
semakin besar kemungkinan inovasi diadopsi oleh orang atau sekelompok orang.
Mudah dilihat atau diamati secara fisik relatif akan memudahkan dalam
menstimulasi individu atau masyarakat untuk mengadopsinya.
Berikut beberapa faktor yang
mempengaruhi kecepatan adopsi inovasi :
Menurut Rogers (1983), tingkat
adopsi suatu inovasi dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, yaitu :
atribut/karakteristik inovasi (keuntungan relatif, kompatibilitas,
kompleksitas, trialabilitas, observabilitas/dapat diamati), Jenis keputusan
inovasi, saluran komunikasi (media massa atau interpersonal), sifat dasar sistem
sosial (norma, sifat saling keterhubungan individu), upaya promosi agen
perubahan.
ATRIBUT ATAU
KARAKTERISTIK INOVASI
Cepat
lambatnya penerimaan inovasi oleh masyarakat luas dipengaruhi oleh
karakteristik inovasi itu sendiri. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh
Zaltman, Duncan, dan Holbek bahwa cepat lambatnya suatu inovasi diterima dan
diikuti oleh masyarkat tergantung pada atribut atau karakteristik inovasi
tersebut.
Atribut
atau karakteristik inovasi adalah salah satu hal yang penting dalam menjelaskan
tingkat adopsi suatu inovasi. Dari 49 hingga 87 persen dari variasi dalam
tingkat adopsi suatu inovasi dipengaruhi oleh lima atribut/karakteristik
inovasi, yaitu keuntungan relatif, kompatibilitas, kompleksitas, trialabilitas,
observabilitas.
TIPE KEPUTUSAN
INOVASI
Suatu
inovasi yang diadopsi secara individual secara umum diadopsi lebih cepat dari
pada suatu inovasi yang diadopsi oleh suatu kelompok. Semakin banyak orang yang
terlibat dalam pembuatan keputusan nuntuk mengadopsi suatu inovasi maka tingkat
adopsi akan semakin lambat. Artinya, kecepatan tingkat adopsi inovasi dalam
rangka untuk membuat sebuah keputusan inovasi tergantung semakin sedikitnya
individu yang terlibat.
SALURAN-SALURAN
KOMUNIKASI
Saluran
komunikasi merupakan suatu ’alat’ untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi dari
sumber kepada penerima. Dalam memilih saluran komunikasi, sumber paling
tidakperlu memperhatikan (a) tujuan diadakannya komunikasi dan (b) karakteristik
penerima. Jika komunikasi dimaksudkan untuk memperkenalkan suatu inovasi kepada
khalayak yang banyak dan tersebar luas, maka saluran komunikasi yang lebih
tepat, cepat dan efisien, adalah media massa. Tetapi jika komunikasi
dimaksudkan untuk mengubah sikap atau perilaku penerima secara personal, maka
saluran komunikasi yang paling tepat adalah saluran interpersonal.
Saluran-saluran
Komunikasi biasanya digunakan untuk mendifusikan suatu inovasi, juga dapat
mempengaruhi tingkat adopsi inovasi. Contohnya jika saluran interpersonal
(dibandingkan saluran media massa) menciptakan kesadaran ilmu pengetahuan,
sebagaimana seringkali terjadi pada pengadopsi selanjutnya, tingkat adopsi
mereka terjadi secara lambat.
Jika
sebuah saluran komunikasi yang tidak pantas digunakan, melalui seperti media
massa untuk ide-ide baru yang rumit/kompleks/sulit dipahami, hal ini akan
mengakibatkan tingkat adopsi yang rendah.
KONDISI
SISTEM SOSIAL
Sistem
sosial merupakan berbagai unit yang saling berhubungan satu sama lain dalam
tatanan masyarakat, dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Beberapa hal yang
dikelompokkan sebagai bagian atau unit dalam sistem sosial kemasyarakatan
antara lain meliputi : individu anggota masyarakat, tokoh masyarakat, pemimpin
formal, kiai, kelompok tertentu dalam masyarakat. Kesemuanya secara nyata, baik
langsung ataupun tak langsung mempengaruhi dalam proses difusi inovasi yang
dilakukan.
Skema
variable tingkat adopsi inovasi di atas menunjukkan sifat dasar sistem sosial,
seperti norma-norma masyarakat atau suatu sistem dan tingkat di mana struktur
jaringan komunikasi saling berhubungan erat, juga mempengaruhi tingkat adopsi
inovasi.
Peran Norma
dalam Difusi Inovasi
Norma
merupakan hal yang penting dalam proses difusi inovasi. Lebih jauh dalam
kaitannya dengan sistem sosial, norma yang dianut oleh masyarakat dapat
dipandang sebagai pengikat dan pengukuh pola prilaku masyarakat yang
bersangkutan sesuai dengan kaidah sistem sosial yang berlaku.
Dalam
kadar tertentu norma yang dianut juga dapat dipandang sebagai standar dari
suatu tatanan prilaku masyarakat yang diianut. Norma itu sendiri bisa bercirian
budaya lokal, bernafas keagamaan, ataupun ciri khusus suatu masyartakat
tertentu, yang memberi warna tersendiri terhadap sosial budaya masyarakat yang
bersengkutan. Namun demikian, di sisi lain norma suatu sistem juga bisa
berperan sebagai pengahalang atau barrirers suatu perubahan. Banyak contoh
kasus inovasi yang terganggu atau mengalami daya tolak masyarakat (resistensi)
karena faktor norma sosial yang dianut oleh masyarakat. Misal, di beberapa
provinsi di India, banyak sapi peliharaan yang dianaggap suci sehingga tabu
bagi masyarakat untuk menyembelihnya, padahal masyarakat yang bersangkutan
umumnya rawan gizi daan rawan protein hewani. Inovasi yang dilakukan termasuk
perubahan di bidang pendidikan, direncanakan dan diorganisasikan sedemikian
rupa sesuai dengan
social system
yang dianut. Yang dimaksud dengan sistem sosial dalam pendidikan misalnya :
lembaga sekolah (dasar, menengah, dan pendidikan tinggi), masyarakat
pendidikan, malahan mungkin menjamah sistem organisasi yang lebih luas lagi
yang berkaitan langsung dengan layanan pendidikan seperti : Dewan Pendidikan di
tingkat kabupaten/kota, dewan sekolah, organisasi profesi guru PGRI, dan
sebagainya.
UPAYA
PROMOSI PERLUASAN AGEN-AGEN PERUBAHAN
Dalam
sistem sosial, salah satu komponen penting adalah pemimpin pendapat (opinion
leaders) dan agen perubahan. Seperti telah dibahas sebelumnya bahwa difusi
inovasi yang pada dasarnya sebagai penyebarluasan dari gagasan inovasi tersebut
melalui suatu proses komunikasi yang dilakukan dengan mengunakan saluran
tertentu dalam suatu rentang waktu tertentu di antara anggota sistem sosial
masyarakat. Oleh karena sistem sosial merupakan salah satu aspek yang
mempengaruhi, maka proses difusi inovasi tak senantiasa berjalan mulus, karena
perbedaan latar belakang dan sistem sosial yang berlaku. Sering peran
pemimpi pendapat (opinion leaders) sangat berpengaruh pada prilaku
individu.
Pemimpin
pendapat adalah suatu tingkat dimana seorang individu dapat
mempengaruhi individu yang lainnya atau mengatur prilaku individu lainnya
secara tidak formal ke arah kondisi yang diharapkan, sesuai dengan norma yang
berlaku. Sedangkan agen perubahan (change agent)merupakan individu
yang bisa mempengaruhi pengambilan inovasi klien ke arah yang diharapkan
para agent perubahan.
0 komentar:
Posting Komentar