LAPORAN HASIL IDENTIFIKASI KEBUTUHAN BELAJAR DAN
SUMBER BELAJAR MASYARAKAT
PADA MASYARAKAT KUMUH DI KAMPUNG SAYUR
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Identifikasi Kebutuhan Belajar dan Sumber Belajar Masyarakat
Yang dibina oleh Bapak Supriyono
Nama Anggota Kelompok :
1.
Adin
Ariyanti Dewi (120141400986)
2.
Aziz
Mustaqim (120141400998)
3.
Eli
Rahmawati (120141400996)
4.
Halifatul
Kamiliyah (120141400988)
5.
Luluk
Innisyak (120141401002)
6.
Nurmaya
Ihtiyari (120141411454)
7.
Rayi
Rizki Fauzi (120141400982)
8.
Sri
Wahyuningsih (120141400980)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
Desember 2013
A.
Lokasi
dan Sasaran
1.
Lokasi
Lokasi identifikasi kebutuhan belajar masyarakat
kumuh adalah di Kampung Sayur, Kota Lama.
Deskripisi profil lokasi identifikasi
2.
Sasaran
Sasarn identifikasi kebutuhan pada masyarakat kumuh adalah berjumlah 4
orang.
a.
Identitas Partisipan
B.
Teknik
Identifikasi
1.
Teknik Identifikasi yang Digunakan
Teknik pengambilan data identifiasi kebutuhan yang digunakan pada
masyarakat kumuh di kampung sayur comboran kota malang adalah wawancara dan
observasi.
a.
Wawancara
Pengertian wawancara
Instrumen pertanyaan wawancara yang digunakan
b.
Observasi
Pengertian Observasi
Daftar objek yang dobservasi atau diamati
2.
Tahap-tahap pelaksanaan teknik
a.
Tahap observasi
b.
Tahap wawancara
c.
Tahap penulisan laporan
C. Deskripsi Hasil Observasi
Permasalahan
yang timbul dan yang dihadapi oleh partisipan atau masyarakat warga kampung
sayur kelurahan Ciptomulyo, sekitar bantaran rel kereta api kota lama Malang
ini banyak sekali. Terciptanya kawasan kumuh atau pemukiman kumuh mengakibatkan
banyak sekali permasalahan antara lain : (1) permasalahan ekonomi, (2)
pendidikan, (3) agama, (4) imigran, (5) kesehatan dan kebersihan, (6) kebudayaan,(7)
nilai dan norma, (8) lokasi tempat tinggal,
(9) lapangan pekerjaan, (10) pola interaksi, (11) keamanan, (12) kepadatan
penduduk, dan (13) etika.
1. Kebutuhan Ekonomi
Permasalahan
ekonomi yang dialami oleh masyarakat yang tinggal di lingkungan kumuh
disebabkan oleh berbagai faktor. Mulai dari faktor lapangan pekerjaan yang
terbatas, pengahasilan yang minim, pendidikan, kurangnya keahlian yang
dimiliki, kepadatan penduduk, kebutuhan yang terus bertambah, serta
keterbatasan dana yang dimiliki oleh Pemerintah dalam mengatasi permasalahan
ekonomi itu sendiri. Menurut hasil observasi yang telah kelompok kami lakukan,
tingkat perekonomian masyarakat warga setempat masih rendah, permasalahan
ekonomi yang disebabkan oleh faktor lapangan pekerjaan yang terbatas yakni
disekitar lingkungan kumuh tersebut hanya terdapat beberapa jenis pekerjaan
antara lain penjual makanan, tukang becak, kuli angkut, pemulung, pembantu
rumah tangga dan penjual koran. Dalam kehidupan sehari-harinya mereka
berprofesi sedemikian rupa dan penghasilan yang didapatkan dari hasil tersebut
jarang bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka sekeluarga. Seiring berjalannya
waktu dan berkembangnya zaman, maka otomatis kebutuhan setiap manusia juga akan
semkain bertambah. Dan ini berlaku bagi setiap kalangan. Baik bagi kalangan
ekonomi ke atas, ekonomi menengah, dan ekonomi ke bawah. Bagi masyarakat yang
tinggal di sekitar lingkungan kumuh, tentunya hal ini merupakan suatu
permasalahan yang lagi-lagi dikaitkan dengan ekonomi. Naiknya harga BBM dan sembako
misalnya, hal ini akan sulit mereka hadapi karena ketidak seimbangan antara
penghasilan dan pengeluaran yang mereka lakukan nantinya untuk memenuhi
kebutuhan sehari-harinya. Dapat dipastikan hasilnya akan minim, karena
pengeluaran yang mereka keluarkan akan lebih besar dari pada penghasilan yang
mereka dapatkan. Solusi yang kami berikan mengenai beberapa faktor yang
mempengaruhi permasalahan ekonomi tersebut antara lain adalah, seharusnya
masyarakat diberikan bimbingan untuk berkreatifitas untuk membuat lapangan
pekerjaannya sendiri, mengingat sebagian besar dari mereka hanyalah tamatan SD.
Dengan memberikan bimbingan untuk melatih kreatifitas masyarakat tersebut,
tentunya mereka akan mampu untuk menciptakan sesuatu. Dan dengan sesuatu yang
mereka ciptakan tersebut akan dapat membantu mereka untuk menambah pemasukan
(uang). Hal ini juga bisa menjadi pekerjaan sampingan untuk mereka. Faktor yang
terakhir adalah kurangnya dana yang dimiliki oleh Pemerintah. Menurut kelompok
kami, hal tersbeut disebabkan karena maraknya kasus korupsi. Dana yang
seharusnya digunakan semestinya, tetapi malah diselewengkan. Akibatnya
masyarakat yang menjadi korban. Disini peran Pemerintah seharusnya lebih ketat
dalam mengatur keuangan Negara agar masyarakat dapat memperoleh haknya.
2. Kebutuhan Pendidikan
Permasalahan
yang ada selanjutnya adalah permasalahan pendidikan. Dari hasil observasi yang
kami dapatkan, tingkat pendidikan di perkampungan sayur ini menduduki posisi
rendah. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya penduduk yang mayoritas hanya
lulusan SD. Selain itu banyak anak-anak yang putus sekolah, baik SD maupun SMP.
Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya persoalan ini adalah mahalnya
biaya pendidikan serta rendahnya tingkat ekonomi masyarakat sekitar. Selain itu
masyarakat yang berada pada lingkungan padat dan kumuh tersebut sangat
tertinggal dengan penduduk yang berada disekitarnya. Bagi mereka, ilmu sangat
sulit di dapatkan. Mereka juga tidak mampu merasakan manfaat dari teknologi
yang berkembang, baik di bidang pendidikan ataupun bidang lainnya. Terdapat
beberapa hal yang mendasari lemahnya pendidikan disekitar perkampungan
tersebut, diantaranya :
a. Terbatasnya
sarana dan prasarana pendidikan.
b. Ekonomi
yang lemah, sedang biaya pendidikan semakin mahal sehingga sulit untuk
dijangkau masyarakat miskin.
c. Tidak
adanya bantuan yang masuk ke daerah pemukiman padat dan kumuh.
d. Kegiatan
belajar mengajar mereka berbenturan dengan kegiatan kerja mereka.
Dari
permasalahan diatas maka solusi yang di inginkan oleh partisipan diantaranya
yaitu : Diharapkan pemerintah lebih memperhatikan perkampungan kumuh tersebut,
salah satunya dengan menyediakan sarana
dan prasarana yang menunjang jalannya proses pendidikan, pengadaan pendidikan
nonformal agar tidak terlalu jauh tertinggal oleh zaman serta diharapkan
pemerintah menyediakan lapangan pekerjaan untuk masyarakat sekitar perkampungan
kumuh tersebut, sehingga perekonomian di daerah tersebut meningkat dan akan sangat membantu masyarakat untuk dapat merasakan
dunia pendidikan.
3. Kebutuhan Agama
Permasalahan
selanjutnya yang dialami oleh masyarakat kampung sayur adalah permasalahan
agama. Di perkampungan ini, tingkat religiusitas masyarakatnya cenderung masih
rendah bahkan dapat dikatakan sangat rendah, melihat dari aktivitas keagamaan
yang tidak ada di perkampungan sayur ini. Di sekitar kampung sayur ini hanya
ada satu masjid, itupun masjidnya berukuran kecil. Dari tingkat religiusitas
masyarakat yang rendah tersebut berimbas pada tingkat interaksi sosial antar
warga setempat. Tingkat interaksi antar warga cenderung tidak selalu berjalan
dengan baik. Harapan atau solusi yang dinginkan oleh partisipan atau warga
setempat adalah diadakannya “Pendidikan Rohani”. Dalam pendidikan rohani ini
dapat berupa pengajian rutin setiap minggunya dan pembentukan majelis ta’lim.
Dengan harapan atau solusi seperti itu, diharapkan interaksi sosial antar warga
kampung sayur ini dapat terjalin dengan baik. Selain itu, agar tingkat
religiusitas warga meningkat dan dapat memahami hakekat suatu ilmu agama serta
dapat mengaplikasikan dalam kehidupan warga setempat.
4. Permasalahan Imigran
Terciptanya
perkampungan kumuh di Kampung Sayur ini juga disebabkan oleh permasalahan
imigran atau urbanisasi. Penduduk yang menempati pemukiman kumuh di kota-kota
besar adalah kaum migran yang pada umumnya berpenghasilan rendah yang tidak
dapat mencukupi kebutuhan hidupnya di daerah asal. Dari keadaan ekonomi yang
buruk, masyarakat desa terdorong untuk datang kekota-kota terdekat dengan
harapan akan mendapatkan pekerjaan dalam rangka usaha melakukan perbaikan
kualitas hidupnya. Kenyataan yang ada selama ini justru malah sebaliknya,
banyak pendatang dari desa tidak cukup mempunyai keterampilan khusus yang
banyak diperlukan dalam mencari kerja di daerah Malang. Hal ini menyebabkan
para imigran menganggur. Menurut sumber yang kami peroleh, ada beberapa tujuan
utama anggota masyarakat melakukan migrasi, yaitu:
a. Tujuan
ekonomi, upaya untuk meningkatkan taraf hidup yang lebih baik, terutama daerah
perkotaan yang dianggap menjanjikan kesejahteraan. Seperti yang dilakukan oleh
salah satu warga kampung sayur. Beliau sudah tinggal di Malang kira-kira sejak
22 tahun yang lalu, beliau berasal dari luar Jawa.tujuannya merantau ke Malang
adalah untuk mencari pekerjaandan penghidupan yang lebih baik dari sebelumnya.
Awalnya beliau mengira jika hidup di Malang bisa mendapatkan pekerjaan yang
lebih besar dan lebih baik daripada menjadi seorang buruh. Namun, pada
akhirnya, beliau hanya menjadi tukang becak.
b. Tujuan
sosial, dorongan untuk bersama dengan sanak saudaranya yang terlebih dahulu
bermukim di perkotaan. Proses migrasi berantai menyebabkan perpindahan penduduk
antara daerah asal dengan daerah tujuan. Hal ini juga yang dialami oleh salah
satu warga kampung sayur ini. Beliau datang ke kota Malang karena mengikuti
kakaknya yang sebelumnya telah lebih dulu merantau ke kota Malang. Karena
mendengar cerita kakaknya bahwa hidup di Malang lebih enak daripada di kota
asalnya. Setelah sampai di Malang ternyata dia slit mendapatkan pekerjaan.
Solusi
atau harapan dari warga setempat adalah diadakannya “Aktivitas Pelatihan dan
Keterampilan”. Dengan memberikan pelatihan & ketrampilan kepada
masyarakat miskin di pemukiman kumuh, setidaknya bisa membantu mengurangi masalah
pengangguran dan kemiskinan yang timbul akibat pendatang yang tidak mempunyai
skill dalam bekerja, maupun rendahnya pendidikan yang mereka dapat. Mereka juga
ingin lebih mengetahui tentang pelatihan yang mungkin nantinya diharapkan bisa
menambah pengetahuan maupun skill yang menunjang pekerjaan mereka saat ini.
Seperti pengelolaan sampah dan sebagainya.
5.
Permasalahan
Kebersihan dan Kesehatan
Permasalahan kesehatan juga mempengaruhi adanya
pemukiman kumuh. Dari keterangan sumber ( Ibu Hajjah) di daerah ini ada
berbagai hal masalah kesehatan yang ada. Berbagai permasalahan tersebut adalah terbatasnya
kecukupan dan kelayakan mutu pangan berkaitan dengan rendahnya daya beli,
masyarakat di pemukiman kumuh mempunyai penghasilan yang pas-pasan, mungkin
dengan penghasilannya tersebut mereka hanya dapat memenuhi kebutuhan makan
mereka hanya satu kali sehari, atau mungkin mereka tidak dapat makan setiap
hari, sekalipun mereka makan tetapi kualitas makanan yang mereka konsumsi belum
tentu dapat dikatakan layak bagi manusia pada umumnya. Masyarakat di pemukiman
kumuh banyak mengkonsumsi makanan bekas, mengais di tempat-tempat sampah untuk
mencari makanan yang menurut mereka masih layak untuk dimakan. Sedangkan
di tempat sampah itu seperti diketahui pastilah mengandung bakteri penyakit
yang sangat banyak serta kurangnya pemahaman terhadap perilaku hidup sehat.
Masyarakat miskin juga menghadapi masalah buruknya sanitasi dan lingkungan
permukiman terutama yang tinggal di kawasan kumuh. Kondisi sanitasi dan
lingkungan yang buruk berpengaruh terhadap perkembangan kesehatan mereka
terutama anak-anak dan ibu. Selain itu, masyarakat miskin juga kurang memahami
pengelolaan sanitasi dan lingkungan hidup sebagai bagian dari perilaku hidup
sehat. Solusi yang diharapkan oleh partisipan dan dapat kami usulkan atas
permasalahan diatas adalah dimana pemerintah perlu mensosialisasikan tentang
kesehatan lewat sumber-sumber kesehatan seperti orang-orang yang ahli dalam
kesehatan untuk memberi informasi terhadap masalah kesehatan dan juga perbaikan
lingkungan untuk daerah tersebut, penciptaan aktivitas hijau oleh masyarakat
miskin.
Dari
hasil observasi yang kami dapatkan, kebersihan di perkampungan sayur ini sangat
kotor. Dapat ditemukan bahwa mereka hidup disuatu lingkungan yang kondisi
sanitasinya sangat buruk, mereka tidak mempunyai kamar mandi yang memenuhi
persyaratan baik dari segi standar perancangan kamar mandi maupun dari segi
kebersihan. Air disekitar perkampungan dalam keadaan tidak jernih dan bersih.
Banyaknya masyarakat yang tidak membuang sampah di tempatnya, membuat kumuh
area perkampungan. Dari kebersihan lingkungan yang masih jauh dari kata bersih
dan layak ini berimbas pada tingkat kesehatan masyarakat setempat. Dari
permasalahan tersebut, maka solusi yang di inginkan oleh partisipan yaitu
dengan meningkatkan pelayanan dasar,
dapat diwujudkan dengan peningkatan
air bersih, sanitasi, penyediaan serta usaha perbaikan perumahan dan lingkungan
pemukiman pada umumnya.
6. Permasalahan Kebudayaan
Permasalahan
selanjutnya yang timbul di kampung sayur ini adalah permasalahan kebudayaan. Budaya
merupakan salah satu masalah di daerah pemukiman kumuh ini. Misalnya saja
budaya menjemur baju di pagar pembatas antara rel dan pemukiman penduduk.
Kebiasaan yang seperti ini sangat buruk karena jika dinilai dari segi estetika
menjemur baju yang dilakukan oleh warga dipemukiman sekitar rel kerta api ini
sangat jelek. Selain itu kebudayaan menjemur baju di tempat yang tidak
sewajarnya ini juga tidak menjamin kebersihan dari baju yang dicucinya,selain
itu kebudayaan-kebudayaan lain yang menjadi masalah di pemukiman yang kami
observasi adalah kebudayaan untuk membuang sampah pada tempatnya sangat tidak
dihiraukan. Kebudayaan lainya yang menjadi masalah pemukiman ini juga yaitu, penduduk
pemukiman terbiasa beraktivitas di rel kereta api yang masih aktif. Selain ini
kebudayaan yang buruk beraktivitas di rel kerta api yang masih aktif dilewati
kereta api juga sangat membahayakan keselamatan. Tingkat kebudayaan masyarakat
kampung sayur ini sangat rendah, kebudayaan-kebudayaan yang biasanya dilakukan
sudah mulai punah, seperti kebudayaan gotong-royong. Tingkat kebersamaan
gotong-royong sudah jarang sekali dilakukan, mereka mulai terbiasa melakukan
segala hal dengan sendiri. Solusinya harus ada penyuluhan tentang masalah
kebudayaan ini,setidaknya ada satu orang yang mencetuskan kebiasaan yang baik
agar kebudayaan ini bisa di atasi. Selain itu perlu adanya kegiatan-kegiatan
yang dapat mendorong terciptanya kembali kebudayaan-kebudayaan yang mulai
punah.
7. Permasalahan Nilai dan Norma
Selain itu nilai dan norma di daerah
pemukiman ini juga perlu diperbaiki. Karena saat obsevasi banyak sekali kami
mendengar kata-kata kotor dan jorok yang diucapkan oleh orang tua bahkan
anak-anak kecil berada disampingnya. Selain itu anak kecil juga banyak yang
sudah menggunakan kata-kata kotor itu padahal masih dibawah umur. Perilaku
orang-orang di pemukiman ini juga kurang dimana mereka mendidik anak-anak
dengan kekerasan. Perlu
diadakan pelatihan tentang tata perilaku dan juga penanaman nilai dan norma
yang bisa mengatasi permasalahan nilai dan norma ini. Sekolah merupakan
tempat penanaman nilai dan norma pada
generasi muda ditempat ini, selain itu juga perlu diadakan pembenahan pada
lingkungan pemukiman ini serta didirikannya sekolah informal berbasis agama
yang dapat mengontrol perilaku-perilaku yang menyeleweng dari akidah.
8.
Permasalahan Lokasi
Permasalahan mengenai lokasi tempat tinggal juga
merupakan penyebab dari timbulnya perkampungan kumuh. Menurut kelompok kami
adalah disebabkan oleh beberapa faktor juga. Faktor yang pertama adalah
lokasinya yang sangat memprihatinkan yakni tepat disekitar rel kereta api.
Faktor yang kedua adalah harga tanah sewa tanah yang murah yang ada di sekitar
rel kereta api, serta lagi-lagi masalah kepadatan penduduk. Menurut kelompok
kami, faktor lokasi yang bersebelahan dengan rel kereta api ini sangatlah
berbahaya, apalagi sebagai tempat tinggal. Hal ini dapat terlihat dari
seringnya kasus kecelakaan yang terjadi disekitar rel. Menurut warga sekitar,
banyak terjadi kecelakaan ketika anak kecil yang sembrono melewati rel tersebut
ketika kereta api sedang melintas. Solusi yang diharapkan oleh partisipan dan
yang kami berikan mengenai permasalahan lokasi tempat tinggal antara lain
adalah yang pertama mengenai faktor lokasi yang dekat dengan rel kereta api,
mungkin memang mereka tidak memiliki tempat lain selain disitu, oleh karenanya
mereka harus lebih hati-hati mengingat kondisi disekitar rel kereta api
sangatlah berbahaya apabila dijadikan sebagai tempat tinggal. Selain itu,
mereka berharap didirikannya rumah susun oleh pemerintah untuk mengganti tempat
tinggal warga masyarakat yang tinggal di bantaran rel kereta api. Faktor
selanjutnya adalah kepadatan penduduk. Faktor ini sebelumnya sama dengan faktor
mengenai permasalahan ekonomi dan imigrasi. Dan solusi yang kami berikan
tentunya juga sama dengan hal di atas. Yakni program KB. Dengan program KB,
akan mengurangi jumlah penduduk sehingga tempat tinggal yang berdesakan
disetiap kepala keluarganya akan dapat diatasi. Solusi yang lain adalah
transmigrasi dan penyuluhan oleh pemerintah daerah setempat. Dalam hal ini
Kelurahan, dapat melakukan kegiatan penyuluhan dengan bekerjasama dengan
instansi terkait dengan materi yang berhubungan dengan konsep praktis tentang
penyelesaian masalah utama yang dihadapi kaum migran, khususnya tentang
pemerataan atau pemulangan penduduk, peningkatan pengetahuan dan kesadaran
hukum. Upaya di bidang penanggulangan permukiman kumuh, dengan cara yang lebih
manusiawi dan mempertimbangkan jalan keluar terbaik dan memihak kepada
kepentingan kaum migran. Penganggulangan tidak dilakukan secara brutal dengan
menggusur tanpa pemberitahuan dan batas waktu yang cukup. Perlakuan dan
pemberian sanksi keras, seperti denda yang berlebihan, penyitaan terhadap harta
benda, atau pemberian ganti rugi yang menekan harus dihindari.
9. Permasalahan Lapangan Pekerjaan
Permasalahan
selanjutnya yang timbul dalam masyarakat perkampungan kumuh ini adalah
permasalahan lapangan pekerjaan yang kurang luas. Lapangan pekerjaan yang
kurang luas di perkampungan kumuh ini menyebabkan banyak sekali yang tidak
mempunyai pekerjaan tetap ataupun pengangguran. Hal ini disebabkan karena
banyak warga yang tidak mempunyai keahlian ataupun keterampilan khusus yang
dibutuhkan oleh lapangan pekerjaan sekarang ini. Selain itu, pendidikan mereka
tergolong masih rendah, karena itu pula mereka susah untuk mendapatkan
pekerjaan yang layak. Dari hasil observasi kami, pada pagi hari banyak warga
yang berusia produktif hanya duduk-duduk (mengobrol), melakukan hal-hal yang
kurang bermanfaat, dan hanya berkumpul di pos kamling. Banyak juga anak-anak muda yang hanya tidur-tiduran di teras
rumahnya. Kebanyakan kaum laki-laki di kampung ini menganggur dan ada juga yang
hanya bekerja serabutan. Karena tidak ada yang mereka kerjakan, mereka lebih
banyak menghabiskan waktu untuk berkumpul dan mengobrol dengan sesama tetangga
maupun keluarganya. Dari permasalahan ini, solusi yang diharapkan partisipan
adalah penyebarluasan lapangan pekerjaan dan diadakannya lembaga keterampilan.
Mengadakan pelatihan keterampilan serta adanya sertifikat keahlian kerja, agar
warga yang melamar pekerjaan, dapat diterima dan dipercaya pada bidang tertentu
dalam perusahaan atau instansi terkait. Dengan diadakanya latihan keterampilan
ini dapat mengurangi tingkat pengangguran, ini dikarenakan pelatihan tersebut
bukan hanya dipersiapkan untuk bekerja namun juga untuk menciptakan lapangan
pekerjaan sendiri.
10. Permasalahan Pola Interaksi
Permasalahan
selanjutnya adalah permasalahan pola interaksi yang kurang baik. Bentuk umum
proses sosial adalah interaksi sosial, karena interaksi sosial merupakan syarat
utama terjadinya aktivitas-aktiivitas sosial. Bentuk lain proses sosial hanya
merupakan bentuk-bentuk khusus dari interaksi sosial. Interaksi sosial
merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara
orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang
perorangan dengan kelompok manusia. Apabila dua orang bertemu, interaksi sosial
dimulai pada saat itu. Mereka saling menegur,berjabat tangan, saling berbicara
atau bahkan mungkin berkelahi. Aktivitas-aktivitas semacam itu merupakan
bentuk-bentuk interaksi sosial. Walaupun orang-orang yang bertemu muka tersebut
tidak saling berbicara atau tidak saling menukar tanda-tanda, interaksi sosial
telah terjadi, karena masing-masing sadar akan adanya pihak lain yang
menyebabkan perubahan-perubahan dalam perasaan maupun syaraf orang-oranng yang
bersangkutan, yang disebabkan oleh misalnya bau keringat, minyak wangi, suara
berjalan, dan sebagainya. Semuanya itu menimbulkan kesan di dalam pikiran
seseorang kemudian menentukan tindakan apa yang akan dilakukannya. Interaksi
sosial antara kelompok-kelompok manusia terjadi antara kelompok tersebut
sebagai kesatuan dan biasanya tidak menyangkut pribadi anggota-anggotanya.
Interaksi sosial antara kelompok-kelompok manusia terjadi pula di dalam
masyarakat. Seperti yang terjadi pada masyarakat kampung sayur, Comboran, Kota
lama Malang. Dalam berinteraksi mereka kurang memperhatikan sikap yang mereka
tujukan kepada orang lain. Mereka juga terbiasa berbicara kasar terhadap setiap
orang, disini faktor lingkungan sangat berpengaruh karena lingkunganlah yang
membentuk sikap mereka. Kurangnya rasa simpati juga mempengaruhi interaksi
sosial. Sebab, simpati merupakan perasaan tertarik kepada orang lain, maka
timbul secara logis-rasional, namun atas dasar emosional atau perasaan. Karena
lingkungan yang tidak kondisional, dan kesibukan para warga dalam bekerja,
mereka kurang memperhatikan rasa simpati terhadap orang lain. Pola interaksi di
kampung sayur ini kurang berjalan dengan baik, karena tidak adanya
kerjasama-kerjasama seperti gotong royong, tidak adanya forum diskusi seperti
pengajian dan sebagainya. Dalam mengatasi masalah ini, sebaiknya diadakan forum
silaturrahmi antar warga, bisa dengan berkumpul setiap seminggu sekali. Supaya
setiap warga ada komunikasi yang baik dengan warga yang lain. Sehingga, akan
membentuk pola interaksi yang baik pula.
11. Permasalahan Keamanan
Keamanan
di kampung sayur ini sangatlah kurang. Salah satunya disebabkan oleh jarak
antar rumah warga sangatlah berdempetan, hal ini membuat keamanannya sangatlah
kurang, seperti dalam keselamatan. Rumah-rumah yang berdempetan membuat resiko
kebakaran yang menjalar menjadi meningkat dan menjadi besar. Karena jika satu
rumah terbakar, maka kemungkinan besar kebakaran akan menyebar ke rumah yang
lainnya. Bagi kalangan remaja dan pengangguran, biasanya penyimpangan
perilakunya berupa mabuk-mabukan, minum obat terlarang, pelacuran, adu ayam,
bercumbu di depan umum, memutar blue film, begadang dan berjoget di pinggir
jalan dengan musik keras sampai pagi, mencorat-coret tembok/bangunan fasilitas
umum, dan lain-lain. Akibat lebih lanjut perilaku menyimpang tersebut bisa
mengarah kepada tindakan kejahatan (kriminal) seperti pencurian, pemerkosaan,
penipuan, penodongan, pembunuhan, pengrusakan fasilitas umum, perkelahian,
melakukan pungutan liar, mencopet dan perbuatan kekerasan lainnya. Selain itu,
karena tidak adanya petugas keamanan seperti hansip yang menjaga perkampungan
tidak ada, tidak menutup kemungkinan akan terjadi tindakan kriminal seperti
pencurian dan sebagainya. Dari permasalahan keamanan ini, harapan dari partisipan
adalah dibentuknya petugas keamanan agar tingkat keamanan di kampung sayur ini
meningkat dan meminimalisir kemungkinan tindakan kriminal yang terjadi.
12. Permasalahan Kepadatan Penduduk
Pemasalahan
kepadatan penduduk atau jumlah penduduk yang semakin banyak juga merupakan
salah satu permasalahan yang selalu dihadapi dalam kota-kota besar. Hal ini
menyebabkan ketidakseimbangan antara ruang dalam kota dengan jumlah penduduk
yang semakin banyak yang menyebabkan semakin tingginya angka kepadatan penduduk.
Umumnya penduduk yang memadati kota-kota besar berasal dari daerah-daerah
terpencil atau dari desa-desa untuk mencari pekerjaan dan memperbaiki kehidupan
perekonomian mereka. Karena ketidakseimbangan antara ruang dan jumlah penduduk
kota besar mengakibatkan adanya atau terbentuknya pemukiman kumuh. Dari hasil
observasi kami, warga masyarakat kampung sayur melakukan urbanisasi dengan
alasan mendapatkan penghidupan yang layak untuk kehidupan mereka.banyak warga
pendatang yang berasal dari desa-desa kecil yang ingin mencari pekerjaan atau
perbaikan perekonomian mereka agar lebih baik lagi dari kehidupan mereka
sebelumnya. Mereka menganggap kehidupan perkotaan menjanjikan fasilitas yang
lebih baik daripada di desa. Perlu adanya pemekaran desa atau kelurahan, agar
warga tidak bertempat tinggal di bangunan yang berhimpitan. Langkah pertama
yang harus diambil adalah perencanaan keluarga berencana. Program keluarga
berencana dapat meminimalisir kelahiran bayi masal (dalam waktu bersamaan di
daerah lain juga sedang ada kelahiran bayi). Selain itu, peningkatan kualitas
sumber daya manusia juga sangat mempengaruhi persebaran penduduk, disini
dilakukan program transmigrasi dan pembangunan industri serta perekonomian
kewilayah yang jarang penduduknya. Perlu adanya pemekaran desa atau kelurahan
ini, agar warga tidak bertempat tinggal di bangunan yang berhimpitan serta bisa
menjaga kesehatan lingkungan.
13. Permasalahan
Etika
Yang terakhir
adalah permasalahan tentang etika. Dalam kehidupan bermasyarakat etika
sangatlah penting, bahkan etika menjadi dasar dalam bertingkah laku dan
berinteraksi dengan orang lain. Etika yang baik dibutuhkan dalam bersosialisasi
karena itu akan membuat orang lain merasa dihargai dan menunjukkan rasa hormat.
Namun, yang terjadi pada warga di kampung sayur, kota lama Malang. Mereka
bertingkah laku dan berinteraksi dengan tidak menggunakan etika yang baik. Pada
saat di ajak berbicara mereka kurang memperhatikan lawan bicaranya dan kurang
memberikan respon yang baik. Banyak sekali warga masyarakat yang kurang
memperhatikan etika-etika berperilaku
dalam kehidupan bermasyarakat. Mereka menganggap hal-hal seperti itu hanyalah
sesuatu hal yang sepele dan tidak perlu di besar-besarkan. Mereka terbiasa
dengan hal seperti itu seperti menyapa temannya dengan panggilan yang tidak
wajar dan cara bertamunya tidak sesuai dengan etika bertamu, mereka cenderung
langsung masuk ke rumah tetangganya tanpa izin terlebih dahulu. Dari
permasalahan etika tersebut, solusinya adalah diadakan suatu kegiatan yang
rutin agar dapat mempererat tali silaturahmi antar warga setempat seperti
majelis ta’lim (bagi umat muslim). Disitu akan diajarkan bagaimana cara
bertetangga, beretika, bertingkah laku yang baik dan sesuai dengan syari’at.
D.
Prioritas
Kebutuhan Masyarakat
Dari hasil
observasi yang kami lakukan diPemukiman kumuh desa Sayur daerah bantaran rel
kereta api kota Lama. Kami mengidentifikasi dua prioritas kebutuhan masyarakat
di desa tersebut. Dua prioritas yang kami pilih ini sekaligus dapat mencakup
permasalahan lainya. Sehingga saat penuntasan satu prioritas maka beberapa
masalah yang berkesinambuangan atau terkait dengan prioritas kebutuhan akan
teratasi pula. Dua prioritas kebutuhan itu meliputi
Pertama, adalah
kebutuhan pendidikan karena dari beberapa masalah yang kami temukan saat
melakukan observasi tersebut,kebanyakan masalah-masalah berakar dari rendahnya
pendidikan di pemukiman itu. Sebagaimana telah dijelaskan dalam diskripsi permasalahan disebutkan bahwa ada masalah
tentang nilai dan norma, budaya, etika, kesehatan, kebersihan, lapangan
pekerjaan dan lainya. Masalah-masalah itu ladalah bidang garapan dari
pendidikan. Jika, dipemukiman kumuh di desa sayur itu tingkat pendidikanyaa
bisa ditingkatkan kembali maka
kemungkinan besar masalah tentang etika, nilai dan norma, kebudayaan serta
lapangan pekerjaan akan berkurang atau bahkan bisa dihilangkan (teratasi) .
pendidikan merupakan suatu penentu yang dapat menentukan suatu daerah itu bisa
berkembang atau tidak dari tingkat pendidikan yang ada didaerah itu sendiri.
Sehingga jika didaerah desa sayur yang kami observasi ini pendidikanya
dikembangkan dan diolah kembali maka tidaklah mungkin jika desa sayur ini bisa
menjadi daerah yang maju dan indah.
Masalah
pendidikan ini perlu ditangani deang serius karena bermanfaan sangat besar bagi
masyarakat di desa sayur. Selain dari pemerintah pusat yang harus memberikat
fasilitas pendidikan yang layak dan juga memberi bantuan dana-dana untuk
pendidikan didaerah desa sayur, agar pendidikan yang rendah bisa ditingkatkan.
Perlu juga adanya dukungan dari pejabat daerah seperti kepala desa,RT,RW dan
lainya. Untuk membangun sarana dan prasarana pendidikan. Selebihnya masyarakat
juga perlu berpartisipasi untuk mendukung pembangunan dalam bidang pendidikan.
Masyarakat bisa membantu dengan member sumbangan baik moril,jasa maupun
materil. Orang tua juga perlu berperan aktif untuk memberi motivasi agar
penyelengaraan pembangunan dapat terlaksana. Dengan terpecahnya masalah
rendahnya pendidikan ini maka setidaknya
masalah-masalah yang kami sebutkan dalam deskripsi di ata bisa setidaknya
terkurangi.
Untuk prioritas
kebutuhan yang kedua, kami lebih menekankan pada lapangan pekerjaan. Lapanagan
pekerjaan ini sangat berpengaruh untuk memecahkan masalah-maslah yang ada
didesa sayur. Lapangan pekerjaan ini juga berhubungan dengan masalah lainya,
dimana jika masalah lapangan pekerjaan ini dapat teratasi maka masalah seperti
lokasi pemukiman, ekonomi, rendahnya pendidikan, kebersihan, dan lainya juga
akan teratasi. Antara prioritas kebutuhan yang pertama dan kedua ini saling
berkesinambungan. Jika tingkat pendidikan di desa sayur yang rendah dapat
teratasi, maka denga tingkat pendidikan yang bagus akan tercipta peluang
lapangan pekerjaan bagi masyarakat desa sayur. Yang nantinya dari hasil
pekerjaan itu akan meningkatkan keadaan ekonomi desa sayur. Dengan ekonomi yang
mapan inilah masyarakat dapat membangun pendidikan.
Dari dua
prioritas kebutuhan tersebut maka masalah-masalah yang kami temui dalam
observasi didesa sayur akan teratasi semuanya.
E. Program Pembelajaran
Lampiran
1. Dokumentasi
Foto
2. Dokumentasi
video
3. Rekaman
wawancara
4. Instrumen
Rekaman Wawancara Masing-masing anggota