A. Pengertian Agen Pembaharu
Agen pembaharu (chage agent) adalah orang yang bertugas
mempengaruhi klien agar mau menerima inovasi sesuai dengan tujuan yang
diinginkan oleh pengusaha pembaharuan (change agency). Pekerjaan ini mencakup
berbagai macam pekerjaan seperti guru, konsultan, penyuluh kesehatan, penyuluh
pertanian dan sebagainya. Semua agen pembaharu bertugas membuat jalinan
komunikasi antara pengusaha pembaharuan (sumber inovasi) dengan system klien
(sasaran inovasi).
Tugas utama agen pembaharu adalah melancarkan jalannya arus
inovasi dari pengusaha pembaharuan ke klien. Proses komunikasi ini akan
efektif jika inovasi yang disampaikan ke
klien harus dipilih sesuai dengan kebutuhannya atau sesuai dengan masalah yang
dihadapinya. Agar jalinan komunikasi dalam proses difusi ini efektif, umpan
balik dari system klien harus disampaikan kepada pengusaha pembaharuan melalui
agen pembaharu.
Dengan umpan balik ini pengusaha pembaharuan dapat mengatur
kembali bagaimana sebaiknya agar komunikasi lebih efektif. Jika tidak terdapat
kesenjangan sosial dan teknik antara pengusaha pembaharuan dan klien dalam
proses difusi inovasi, maka tidak perlu agen pembaharu. Tetapi biasanya
pengusaha pembaharu adalah orang-orang ahli dalam inovasi yang sedang
didifusikan, oleh karena itu terjadi kesenjangan pengetahuan sehingga dapat
terjadi hambatan komunikasi. Disinilah pentingnya agen pembaharu untuk
penyampaian difusi inovasi agar dapat mudah diterima oleh klien.
Agen pembaharu harus
mampu menjalin hubungan baik dengan pengusaha pembaharuan dan juga dengan system klien. Adanya
kesenjangan heterophily pada kedua sisi
agen pembaharu dapat menimbulkan masalah dalam komunikasi. Sebagai penghubung
antara kedua system yang berbeda sebaiknya agen pembaharu bersikap marginal, ia
berdiri dengan satu kaki pada pengusaha
pembaharu dan satu kaki yang lain pada klien. Keberhasilan agen pembaharu dalam
melancarkan proses komunikasi antara pengusaha pembaharu dengan klien,
merupakan kunci keberhasilan proses difusi inovasi. Selain itu agen pembaharu
melakukan seleksi informasi untuk dapat disesuaikan dengan masalah dan
kebutuhan klien.
Fungsi utama agen
pembaharu adalah sebagai penghubung antara pengusaha pembaharuan (change agency) dengan klien,
tujuannya agar inovasi dapat diterima atau diterapkan oleh klien sesuai dengan
keinginan pengusaha pembaharuan. Kunci keberhasilan diterimanya inovasi oleh klien terutama
terletak pada komunikasi antara agen pembaharu
dengan klien. Jika komunikasi lancer dan efektif proses penerimaan inovasi
akan lebih cepat dan makin mendekati tercapainya tujuan yang diinginkan.
Sebaliknya jika komunikasi terhambat
makin tipis harapan diterimanya inovasi. Oleh karena tugas utama yang harus
dilakukan agen pembaharu adalah memantapkan hubungan dengan klien. Kemantapan
hubungan antara agen pembaharu dengan klien, maka komunikasi akan lebih lancar.
Rogers, mengemukakan ada tujuh langkah kegiatan agen pembaharu
dalam pelaksanaan tugasnya inovasi pada system klien, sebagai berikut.
1.
Membangkitkan Kebutuhan
untuk Berubah
Biasanya agen pembaharu pada awal tugasnya
diminta untuk membantu kliennya agar mereka sadar akan perlunya perubahan. Agen
pembaharu mulai dengan mengemukakan berbagaimasalah yang ada, membantu
menemukan masalah yang penting dan mendesak, serta meyakinkan klien bahwa
mereka mampu memecahkan masalah tersebut. Pada tahap ini agen pembaharu
menentukan kebutuhan klien dan juga membantu caranya menemukan masalah
atau kebutuhan dengan cara konsultatif
2.
Memantapkan Hubungan Pertukaran Informasi.
Sesudah ditentukannya
kebutuhan untuk berubah, agen pembaharu harus segera membina hubungan yang
lebih akrab dengan klien. Agen pembaharu dapat meningkatkan hubungan yang lebih
baik kepada klien dengan cara menumbuhkan kepercayaan klien pada kemampuannya,
saling mempercayai dan juga agen pembaharu harus menunjukan empati pada masalah dan kebutuhan klien.
3.
Mendiagnosa Masalah yang
Dihadapi
Agen pembaharu
bertanggung jawab untuk menganalisa situasi masalah yang dihadapi klien, agar
dapat menentukan berbagai alternatif jika tidak sesuai kebutuhan klien. Untuk
sampai pada kesimpulan diagnosa agen pembaharu harus meninjau situasi dengan
penuh emphati. Agen pembaharu melihat masalah dengan kacamata klien, artinya
kesimpulan diagnosa harus berdasarkan analisa situasi dan psikologi klien,
bukan berdasarkan pandangan pribadi agen pembaharu.
4.
Membangkitkan Kemauan
Klien untuk Berubah
Setelah agen
pembaharu menggali berbagai macam cara
yang mungkin dapat dicapai oleh klien untuk mencapai tujuan, maka agen
pembaharu bertugas untuk mencari cara memotivasi dan menarik perhatian agar
klien timbul kemauannya untuk
berubah atau membuka dirinya untuk
menerima inovasi. Namun demikian cara yang digunakan harus tetap berorientasi
pada klien, artinya berpusat pada kebutuhan klien jangan terlalu menoinjolkan
inovasi.
5.
Mewujudkan Kemauan dalam
Perbuatan
Agen pembaharu berusaha
untuk mempengaruhi tingkah laku klien dengan persetujuan dan berdasarkan
kebutuhan klien jadi jangan memaksa. Dimana komunikasi interpersonal akan lebih
efektif kalau dilakukan antar teman yang dekat dan sangat bermanfaat kalau
dimanfaatkan pada tahap persuasi dan tahap keputusan inovasi. Oleh kerena itu
dalam hal tindakan agen pembaharu yang paling tepat menggunakan pengaruh secara
tidak langsung, yaitu dapat menggunakan
pemuka masyarakat agar mengaktifkan kegiatan kelompok lain.
6.
Menjaga Kestabilan
Penerimaan Inovasi dan Mencegah
tidak Berkelanjutannya Inovasi
Agen pembaharu harus menjaga kestabilan penerimaan inovasi
dengan cara penguatan kepada klien yang telah menerapkan inovasi. Perubahan
tingkah laku yang sudah sesuai dengan inovasi dijaga jangan sampai berubah
kembali pada keadaan sebelum adanya inovasi.
7.
Mengakhiri Hubungan Ketergantungan
Tujuan akhir tugas agen pembaharu adalah dapat
menumbuhkan kesadaran unrtuk berubah dan kemampuan untuk merubah dirinya,
sebagai anggota system social yang selalu mendapat tantangan kemajuan jaman.
Agen pembaharu harus berusaha mengubah posisi klien dari ikatan percaya pada
kemampuan agen pembaharu menjadi bebas dan percaya kepada kemampuan
sendiri.
C. Faktor-faktor Keberhasilan Agen Pembaharu
Mengapa agen pembaharu
berhasil dengan baik sedangkan yang lain
tidak? Para akhli telah mencoba menjawab
pertanyaan ini. Berdasarkan hasil penelitian maupun pengamatan terhadap
berbagai proyek difusi inovasi dan hasilnya dirumuskan dalam bentuk generalisasi
atau kesimpulan umum.
Adapun factor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
agen pembaharu, berkenaan dengan hal-hal sebagai berikut:
1.
Usaha Agen Pembaharu
Sebagai indicator untuk
mengetahui kegigihan usaha yang dilakukan agen pembaharu. Sebagai indikator
untuk mengetahui kegigihan (besarnya) usaha agen pembeharu ialah : jumlah klien
yang dihubungi untuk berkomunikasi, banyaknya waktu yang digunakan untuk
berpartisipasi di desa (tempat tinggal) klien dibandingkan dengan waktu di
kantor atau di rumah sendiri, banyaknya keaktifan yang dilakukan dalam proses
difusi inovasi, ketepatan memilih waktu untuk berkomunikasi dengan klien dan
sebagainya.
Makin banyak jumlah klien yang dihubungi, makin banyak waktu
yang digunakan di tempat tinggal klien, makin banyak keaktifan yang dilakukan
dalam proses difusi dan makin tepat agen pembeharu memilih waktu untuk
berkomunikasi dengan klien, dikatakan makin gigih atau makin besar usaha klien
untuk kontak dengan klien. Dari berbagai
bukti dirumuskan generalisasi bahwa
Keberhasilan agen pembaharu berhubungan positif dengan
besarnya usaha mengadakan kontak dengan klien.
2.
Orientasi pada Klien
Sebagaimana telah kita ketahui posisi agen
pembeharu berada ditengah-tengah antara pengusaha pembeharuan dan sistem klien.
Agen pembeharu harus mempertanggungjawabkan pekerjaannya kepada pengusaha
pembeharuan, tetapi dilain pihak ia juga harus bekerja bersama dan untuk
memenuhi kepentingan klien. Agen pembeharu akan mengalami kesukaran jika apa
yang diminta oleh pengusaha pembeharu tidak sesusai dengankebutuhan klien.
Namun demikian agen pembaharu akan berhasil melaksanakan tugasnya jika ia mampu
untuk mengambil kebijakan dengan lebih berorientasi pada klien. Agen pembaharu
harus menunjukan keakraban dengan klien, memperhatikan kebutuhan klien,
sehingga memperoleh kepercayaan yang tinggi dari klien. Dengan dasar hubungan
yang baik itu agen pembaharu dapat mengambil
kebijakan menyesuaikan kebutuhan klien dengan kemauan pengusaha
Pembaharuan. Tetapi jika agen pembeharu tampat berorientasi pada pengusaha
pembaharuan, maka akan dianggap lawan oleh klien dan sama sekali tidak dapat
mengadakan kontak atau komunikasi.
(1) Dari berbagai bukti hasil pengamatan dan penelitian
dirumuskan generalisasi (2). Keberhasilan agen pembaharu berhubungan positif
dengan orientasi pada klien dari pada orientasi pada pengusaha pembaharuan.
(3).Sesuai dengan kebutuhan klien. Salah satu tugas gen pembaharu yang sangat
penting dan sukar melaksanakannya ialah mendiagnosa kebutuhan klien. Banyak
terbukti usaha difusi inovasi gagal karena tidak mendasarkan kebutuhan klien,
tetapi lebih mengutamakan pada target inovasi sesuai kehendak pengusaha
pembaharuan. Sebagai contoh, disebuah desa suku Indian, mendapat dana dari
pemerintah untuk membangu irigasi agar dapat meningkatkan hasil pertaniannya.
Tetapi sangat dibutuhkan orang di desa itu tendon air untuk minum, karena
mereka harus berjalan sejauh 3 km untuk
mendapatkan air sungai. Maka akhirnya penduduk membangun waduk air bukan di
sawah tetapi didekat desa dan menggunakan air itu untuk minum bukan untuk
irigasi. (Rogers, 1983, hal 320)
Dari berbagai bukti itu,
dirumuskan generalisasi (1).
„Keberhasilan agen pembaharu
berhubungan positif dengan kesesuaian program difusi dengan kebutuhan
klien. (2). Emphati. Seperti telah kita
ketahui bahwa emphati akan mempengaruhi efektifitas komunikasi. Komunikasi yang
efektif akan mempercepat diterimanya inovasi.
Generalisasi (3) Keberhasilan agen pembaharu berhubungan
positif dengan emphatic terhadapat klien. Perlu diperhatikan bahwa makin banyak
perbedaan antara agen pembaharu dengan klien makin sukar agem pembaharu
menunjukan emphatic. Untuk mengatasi hal ini biasanya diadakan pemilihan calon
agen pembaharu dipilihkan orang yang mempunyai latar belakang kehidupan sesuai
dengan klien dimana agen pembaharu akan bekerja. (4).Homophily. Sebagaimana
telah kita ketahui yang dimaksud dengan homophily ialah pasangan individu yang berinteraksi
dengan mimiliki ciri-ciri atau
karakteristik yang sama (sama bahasa, kepercayaan, adat istiadat dan
sebagainya).
Heterophily ialah pasangan individu yang berinteraksi dengan
memiliki ciri-ciri atau karakteristik yang berbeda. Biasanya agen pembaharu
yang berbeda dengan klien lebih disegani, dan lebih suka mengadakan dengan
klien yang memiliki persamaan dengan dia. Dari pernyataan umum ini melahirkan
serangkaian generelisasi yang ditunjang dengan bukti-bukti berdasarkan
pengalaman para ahli. Generalisasi
(5) „Kontak yang dilakukan agen
pembaharu berhubungan positif dengan status sosial antara klien‟.Generalisasi (6) „Kontak yang dilakulkan agen pembaharu
berhubungan positif dengan besarnya partisipasi social antar klien.
Generalisasi (7) „Kontak yang dilakukan agen pembaharu berhubungan positif
dengan tingginya tingkat pendidikan
antara klien‟. Generalisasi (8)
„Kontak yang dilakukan asgen pembaharu, berhungan positif dengan sifat
cosmopolitan antara klien. Generalisasi tersebut berdasarkan pemikiran bahwa
kontak komunikasi antara agen pembaharu dengan klien akan lebih efektif jika
homophily‟. (9).Kontak agen
pembaharu dengan klien yang berstatus
lebih rendah. Sebenarnya klien
yang kurang mampu ekonominya, rendah pendidikannya, harus mendapat lebih banyak
bantuan dan bimbingan dari agem pembaharu. Tetapi sesuai dengan prinsip
homophily maka justru agen pembaharu lebih banyak kontak dengan klien yang
berstatus lebih tinggi baik pendidikan maupun ekonominya. Sehingga dapat tibul
pendapat yang kurang benar dari agen pembaharu yang menyatakan bahwa klien yang
berstatus lebih rendah tidak termasuk tanggungjawabnya dalam pelaksanaan difusi
inovasi. Jika ini terjadi maka akibatnya
makin parah, karena makin terbuka kemungkinan klien yang berstatus lebih rendah
tidak terjamah sama sekali oleh bantuan agen pembaharu. Salah satu cara untuk
mengatasi dengan jalan memilih pembaharu yang sedapat mungkin sama dengan klien
atau paling tidak mendekati, misalnya sama daerahnya, sama bahasanya, sama
kepercayaannya dan sebagainya.
Dengan dasar itu maka dirumuskan generalisasi (10)‟Keberhasilan agen pembaharu berhubungan positif dengan klien
yang homophily‟. Dalam pelaksanaan
difusi inovasi sering diadakan latihan atau penataran agen pembaharu. Dalam
penataran atau latihan itu diberi petunjuk tentang cara pelaksanaan penyebaran
inovasi dengan berbagai macam teknik yang dianggap relevan dengan klien. Tetapi
tidak selalu menunjukan bahwa hasil latihan akan meningkatkan kemampuan dalam
penampilan berkomunikasi dengan klien, bahkan makin tinggi jarak pengetahuan
agen pembaharu dengan klien. Jadi terjadi masalah hubungan agen pembaharu
dengan klien heterophily. Salah satu cara mengatasi ini dengan mengadakan
pembantu propesional.
Pembantu para-profesional. Pembantu para-propesional ialah orang
yang bertugas membantu agen pembaharu agar terjadi kontak dengan klien yang
berstatus lebih rendah. Pembantu para-propesional dari segi pengetahuan tentang
inovasi dan teknik penyebaran inovasi, kurang dari agen pembaharu. Tetapi
dengan mengangkat pembantu para-propesional ada keuntungannya yaitu biaya lebih
rendah dapat kontak dengan klien yang berstatus lebih rendah dari agen
pembaharu, karena para pembantu para-propesional lebih dekat dengan klien
(homophily). Kepercayaan klien terhadap agen pembaharu (credibility).
Pembantu agen pembaharu (aide) kurang memperoleh kepercayaan
dari klien, jika ditinjau dari segi kompentensi professional karena ia memang
kurang profesional . Tetapi pembantu
agen pembaharu, memiliki kepercayaandari klien karena adanya hubungan yang
akrab sehingga tidak timbul kecurigaan. Klien percaya pada pembantu agen
pembaharu karena keyakinannya akan membawa kebaikan bagi dirinya, yang dise
but: kepercayaan, keselamatan (Savety, credibility) . Pada umumnya agen
pembaharu (professional dan hetrophily) memiliki kepercayaan kompetensi ( competency credibility), sedangkan
pembantu agen pembaharu ( tidak professional dan homophily) memiliki
kepercayaan keselamatan (savety, credibility). Seharusnya agen pembaharu yang
ideal harus memiliki kedua kepercayaan tersebut secara seimbang. Tetapi hal ini
sukar diperoleh, karena jika agen pembaharu itu professional berarti ia sarjana
yang menguasai ilmu dan teknik, maka timbul perbedaan dengan klain yang
berpendidikan rendah (heterophily). Salah satu cara untuk mengatasi ini dengan
jalan mengangkat orang yang telah
menerima dan menerapkan inovasi, sebagai pembantu agen pembaharu mempengaruhi
teman-temannya ( anggota system klien yang lain) untuk menerima inovasi.
Cara ini telah terbukti berhasil di India dalam difusi inovasi
keluarga berencana dengan cara pasektomi. Pengusahaq pembaharu memberi upah
kepada orang yang sudah melaksanakan vasektomi yang mau dijadikan Canvasser
(membantu mencari pengikut KB) Ternyata
canvasser di India ini memiliki keseimbangan antara kepercayaan kompetensi dan
kepercayaan keselamatan. Ia dimata klien telah memiliki kopetensi karena telah
berpengalaman manjalani operasi vasektomi. Canvasser juga memperoleh
kepercayaan keselamatan, karena ia memiliki banyak persamaan dengan klien
(homophiliy), sama dari status ekonomi lemah, sama tingkat pendidikannya, sama
asal daerahnya, sama bahasanya dan sebagainya. Jadi canvasser di India berhasil
karena pembantu agen pembaharu memiliki keseinbangan kepercayaan baik
kompetensi maupun keselamatan, dan ditambah lagi biaya honorariumnya lebih
murqah dari pada agen pembaharu yang professional.
Dengan pengalaman itu dirumuskan
generalisasi Keberhasilan agen
pembeharu berhubung positif dengan kepercayaan (credibility)dari sudut pandang
klien. Profesional semu. Sebagaimana kita ketahui bahwa pembantu agen pembaharu
dapat memberikan beberapa keuntungan seperti biaya operasional rendah, dan
dapat menjebatanikesenjangan heterophily, namum tidak berarti bahwa agen
pembaharu lalu sama sekali tidak diperlukan. Agen pembaharu tetap masih sangat
dibutuhkan untuk menatar atau mamilih pembantu agen pembaharu, engadakan super
visi, dan juga membantu mencegah masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh
pembantu agen pembaharu. Satu masalah yang sering dijumpai pembantu agen
pembaharu aialah timbulnya professional semu yang terjadi karena pembantu agen
pembaharu bergaya seperti agen pembaharu
professional. Ia memakai pakaian, cara bertindak, dan sebagainya yang menyamai
tenaga agen pembaharu professional. Secara psikologis hal ini wajar , karena ia
mengagumi kehebatan kopetensi professional agen pembaharu, sehingga berusaha meniru
agar menambah wibawa.
Tetapi sebenarnya yang diperoleh justru terbalik, karena dengan
bergaya seperti tenaga professional akan menghilangkan fungsinya untuk
menjebatani kesenjangan heterophily. Biasanya jika pembantu agen pembaharu
menyadari adanya masalah professional semu, mereka akan berusaha dan
berhati-hati dalam bertindak sehingga terhindar dari hambatan terjadinya
professional semu tersebut. Pemuka pendapat. Dimuka masyarakat atau system
social sering terdapat orang yang pendapat-pendapatnya mudah diikuti oleh
teman-teman sekelompoknya. Orang memiliki
kemampuan untuk mempengaruhi perubahan pengetahuan, sikap, dan tingkah
laku orang lain secara informal, dengan tujuan tertentu, disebut pemuka
pendapat. Dari berbagai pengalaman dan pengamatan para ahli menunjukan bahwa banyak difusi inovasi
berhasil dengan cara memanfaatkan pemuka pendapat yang ada didalam system
social.
Maka dirumuskan generalisasi Keberhasilan agen pembaharu
berhubungan positif dengan besarnya usaha untuk bekerja sama dengan pemuka
pendapat. Waktu bagi agen pembaharu merupakan sumber yang sangat berharga.
Dengan memusatkan komunikasi pada pemuka pendapat yang terdapat dalam system social, agen
pembaharu dapat mempercepat penerimaan inovasi. Usaha ini lebih ekonomis karena
akan menghemat waktu. Agen pembaharu cukup berkomunikasi dengan beberapa orang
pemuka pendapat, tidak perlu berkomunikasi dengan semua anggota system social
satu persatu. Dan juga banyak difusi
inovasi yang menunjukan jika pemuka pendapat telah menerima dan menerapkan
inovasi akan segeradiikuti oleh anggota
system social yang lain, bahkan mun gkjin sukar untuk menghentikannya.
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman para ahli sering terjadi
agen pembaharu salah menunjuk innovator sebagai pemuka pendapat. Mungkin
cirri-cirinya hamper sama, bahwa innovator mempunyai sifat-sifat lebih terbuka,
lebih modern tapi belum tentu orang itu sebagai pemuka pendapat.Bedanya cukup
jelas bahwa pemuka pendapat tingkah lakunya mudah diikuti oleh orang lain,
sedangkan innovator hanya lebih dulu
menerima inovasi. Jika agen pembaharu lebih memusatkan kegiatan komunikasinya
pada innovator dari pada pemuka pendapat, maka hasilnya akan tampak dapat
meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tentang inovasi, tetapi tidak banyak
pengikutnya. Tingkah laku innovator tidak menjamin diikutinya oleh anggota klien pada umumnya.
Kesukaran lain yang sering dijumpai agen pembaharu jika agen
pembaharu terlalu ketat dalam menentukan persyaratan untuk memilih pemuka
pendapat dan kemudian perhatian hanya
dipusatkan pada sekelompok pemuka pendapat tersebut, maka yang akan terjadi
ialah pemuka pendapat itu menjadi lebih inovatif dan juga menjadi kelompoknya
agen pembaharu dari sudut pandang klien. Jika ini yang terjadi kasusnya sama
dengan professional semu, yang diperoleh justru merusak hubungan antara pemuka
pendapat dengan pengikutnya dan juga ada kemungkinan agen pembaharu tidak
diperlukan lagi.
Kemampuan klien untuk menilai inovasi. Salah satu keunikan agen
pembaharu dalam proses difusi inovasi, ialah memiliki kompetensi teknik, yang
menyebabkan ia berwewenang untuk bertindak sesuai dengan keahliannya
dalamengaruhi klien untuk menerima
inovasi. Tetapi jika agen pembaharu melakukan pendekatan jangka panjang dalam
mencapai tujuan inovasi, maka ia harus berusaha membangkitkan klien agar
memiliki kemampuan teknik dan kemampuan menilaipotensi inovasi yang dicapainya
sendiri. Dengan kata lain agen pembaharu harus berusaha menjadikan klien
menjadi agen pembaharu dirinya sendiri.
Bahwa keberhasilan agen pembaharu berhubungan positif dengan
meningkatnya kemampuan klien untuk menilai inovasi. Tetapi pada umumnya agen
pembaharu hanya bekerja dalam jangka pendek, terutama untuk melancarkan proses
kecepatan diterimanya inovasi. Kesadaran dan kemempuan memperbaharui diri
dengan percaya kepada kemempuan sendiri
menjadi tujuan dari pengusaha pembaharuan, sedangkan seberapa kadar yang
dapat dicapai tergantung pada usaha agen pembaharu.
D. Sistem Difusi Sentralisasi dan Desentralisasi
Sistem difusi yang telah
berpuluh-puluh tahun digunakan ialah system difusi sentralisasi,yang sering
disebut juga system difusi model klasik. Adapun ciri-ciri pokok system difusi sentralisasi ialah: ide inovasi muncul
dari para ahli yang kemudian disebarluaskan dalambentuk paket yang seragam
kepada anggota system social yang mungkin akan menerima atau menolak inovasi.
Peranan klien dalam proses difusi sebagai penerima yang pasif. Sistem difusi
sentralisasi ini pada mulanya dianggap telah berhasil dengan baik untuk
menyebarluaskan inovasi di bidang pertanian. Para ahli pertanian yang menemukan
suatu ide baru,
kemudian ditentukan bagaimana cara penyebarannya, siapa yang menyebarkan,
siapa sasaran utama untuk menerima ide baru tersebut, dan prencanaan lainya,
semuanya ditentukan oleh sekelompok ahli. Kemudian mulai 1970 Rogers menyadari
bahwa system difusi sentaralisasi tidak dapat terlaksana persis seperti apa
yang telah direncanakan oleh penemunya, tapi kenyataannya banyak terjadi
modifikasa atau re-invensi dalam penerapannya
di lapangan.
Demikian pula Schon pada tahun 1971 mengatakan bahwa teori
difusi jauh lebih tertinggal dari kenyataan timbulnya tantangan, perlu system
difusi yang baru. Ia menyatakan bahwa system sentralisasi tidak dapat menampung
munculnya ide-ide baru dari berbagai bidang yang sangat komplek, dan terjadinya
difusi melalui jalur yang horizontal. Maka kemudian timbul system difusi
desentralisasi yang ditandai dengan: munculnya ide baru tidak dari seorang atau
sekelompok ahli, tetapi dapat dari siapa saja dan juga proses penyebarannya diatur oleh calon
penerima inovasi sendiri. Jadi sasaran inovasi juga berperan sebaagi agen
pembaharu. Perbandingan antara system difusi sentralisasi dan difusi
desentralisasi, diuraikan secara singkat sebagai berikut.
1.
Sistem
Difusi Sentralisasi.
a.
Wewenang pengambil
keputusan dan kebijakan, berada pada administrator pemerintah pusat dan para
ahli bidang ilmu (technical subject-matter expert).
b.
Arah difusi dari pusat ke
bawah (top-down), artinya dari para ahli ( penemu inovasi) disebarkan ke para
sasaran penerima inovasi di daerah.
c.
Sumber inovasi, dari
organisasi formal “Penelitian dan Pengembangan” yang ditangani oleh para ahli.
d.
Penetapan difusi inovasi
dilakukan oleh tenaga administrator di pusat dan para ahli dibidang ilmu.
e.
Pendekatan yang digunakan
berorientasi pada inovasi, penentuan kebutuhan klien berdasarkan adanya
inovasi, dengan teknik pelaksanaan didorong dari atas.
f.
Tidak banyak terjadi re-inversi serta modifikasi untuk
disesuaikan dengan kondisi setempat selama dalam proses difusi inovasi.
2.
Sistem Difusi
Desentralisasi
1.
Keptusan dan kebijakan diambil secara bersama oleh
anggota-anggota system difusi.
Klien dikontrol oleh pimpinan
masyarakat setempat.
2.
Arah difusi secara horizontal dari kelompok ke kelompok (peer
diffusion).
3.
Sumber inovasi dating
dari percobaan bukan mesti orang ahli dari wilayah setempat, yang juga sering
jadi pemakainya.
4.
Penetapan difusi inovasi oleh kelompok masyarakat setempat
(lokal) berdasarkan penilaian inovasi secara informal.
5.
Menggunakan pendekatan yang berorientasi kepada pemecahan
masalah , yang timbul dari apa yang diamati dan dirasakan oleh masyarakat
setempat, teknik pelaksanaan ditarik dari bawah.
6.
Banyak terjadi re-inversi dan penyesuaian dengan kondisi
setempat selama dalam proses difusi antar anggota system social.
Dalam pelaksanaan difusi inovasi tidak dapat dibedakan secara
tegas mana yang Sentralisasi dan yang desentralisasi, biasanya mana yan lebih
dominant dari cirri-ciri tersebut, sehingga difusi cenderung yang sentralisasi
atau desentralisasi. Rogers menggambarkan rentangan difusi inovasi yang
merupakan continuum dari desentralisasi ke sentralisasi. Kelebihan dan
kelemahan system difusi desentralisasi. Sistem difusi desentralisasi disamping
memiliki kelebihan juga memiliki kelemahan jika dibandingkan dengan system
sentralisasi.
Adapun kelebihan system desentralisasi ialah bahwa difusi
inovasi yang dilakukannya sesuai dengan kebutuhan klien. Hal ini terjadi karena
klien sebagai pemakai juga turut ikut berpartisipasi dalm membuat berbagai
keputusan, seperti mana problem yang paling mendesak, bagaimana inovasi akan
diterima, perlukah modifikasi atau re-invensi dilakukan untuk menyesuaikan
dengan kondisi setempat, dan juga klien ikut mengontrol pelaksanaan difusi.
Masalah kesenjangan klien-agen pembaharu heterophily tidak terjadi, atau kalau
ada sangat kecil kemungkinannya. Motivasi untuk menerima inovasi dating dari
klien sendiri, dan kemungkinan besar biaya operasional lebih murah, yang jelas
tidak perlu biaya untuk memberi upah tenaga
ahli. Dan juga pengembangan sikap percaya pada kemampuan sendiri
terpupuk dalam difusi desentralisasi. Kelemahan system difusi desentralisasi
jika dibandingkan dengan system difusi
Ø Sentralisasi antara lain:
a.
Jika inovasi yang akan
disebarluaskan memerlukan tenaga ahli
(sarjana bidang ilmu tertentu), maka system ilmu desentralisasi kurang tepat
digunakan karena akan terjadikesukaran mencari tenaga ahli.
b.
Sistem difusi desentralisasi yang dilaksanakan secara ekstrim
memiliki kelemahan kurang adanya koordinasi, untuk menentukan mana masalah yang
dihadapi, inovasi mana yang tepat digunakan, siapa yang mengontrol pelaksanaan
difusi, dan sebagainya.
c.
Pada suatu saat kadang-kadang memang diperlukan menyebarkan
inovasi yang klien tidak merasa\memerlukanya. Maka jika menggunakan system
desentralisasi tidak akan terjadi difusi. Misalnya program KB di Afrika,
Amerika Latin, dan Asia, semuanya dengan sentralisasi. Kalau menggunakan
desentralisasi maka tidak akan terjadi difusi, karena klien belum merasa perlu
KB.
E. Difusi Inovasi pada Pendidikan Luar Sekolah
Pada Pendidikan Luar
Sekolah bahwa Difusi Inovasi merupakan suatu proses pembelajaran, dimana
masyarakat atau klien dipandang sebagai warga belajar. Adapun bahan
pembelajaran berupa ide-ide baru bias dalam bentuk pengentasan kemiskinan
berbasiskan masyarakat, penggunaan alat kontrasepsi KB dan sebagainya.
Fasilitator sebagai agen pembaharu, bias dari unsure aparatur pemerintah
seperti guru, penyuluh pertanian,pekerja social,penyuluh KB yang kompeten dalam
bidangnya. Dalam hal ini pengusaha pembaharu adalah lembaga pemerintah yang
pada umumnya sentralistik, dan fasilitator senantiasa berperan sebagai jembatan
antara kepentingan lembaga pemerintah dengan masyarakat atau klien.
Terdapat beberapa factor
yang mempengaruhi keberhasilan difusi inovasi (pembelajaran) diantaranya;
kegigihan agen pembaharu , orientasi pada klien, sesuai dengan kebutuhan
klien,emphatic, homophily, kontak agen pembaharu dengan status yang lebih
rendah dan sebagainya. Pada umumnya agen pembaharu dalam menyebarluaskan
ide-ide barunya, telah mempersiapkan beberapa kebutuhan berupa bahan,
alat/media, termasuk pedoman pelaksanaan untuk memperlancar penyampaian ide-ide
kepada masyarakat sesuai dengan tujuan yang diharapkan pengusaha pembaharu.
Misalnya bagaimana cara membangkitkan kebutuhan untuk berubah, bagaimana
mewujudkan kemauan dalam perbuatan,bagaimana mendiagnosa masalah yang dihadapi,
menjaga kestabilan penerimaan inovasi dan bagaimana mengahiri hubungan
ketergantungan.
Semua factor itu harus
disiapkan dengan matang oleh agen pembaharu agar dalam penyebaran difusi
inovasi tidak mengalami banyak hambatan. Hal yang perlu diperhatikan dalam
penyebaran difusi inovasi oleh agen pembaharu harus mulai bersifat
desentralisasi, karena masayarakatlah (klien) yang mengetahui dan merasakan apa
yang menjadi masalah dan kebutuhannya. Ide-ide baru muncul dari masyarakat dan
dilaksanakan oleh masyarakat, sehingga dapat terjadi proses pembelajaran secara
partisifatif.Agen pembaharu sebagai pendamping dan pengusaha pembaharuan dapat
mendorong dalam penguatan managemen dan formula dalam percepatan difusi serta
implementasi inovasi.
0 komentar:
Posting Komentar