cari

Diberdayakan oleh Blogger.

UM the learning of univerty

Cari

RSS

MODUL PELATIHAN INOVASI TELOR ASIN ANEKA RASA
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Divusi Inovasi
Yang dibina oleh Ibu Endang Sri Rejeki
Oleh Kelompok    :
Aziz Mustaqim                        120141400998
Halifatul Kamilia                     120141400988
Iftitatah Amadea Fahrudi                  120141411453
Luluk Innisyak                        120141401002
Maksum Akbar                       120141411447
Shafiatul Amala                      120141400987
Wayan Nugroho                      120141400995
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
Desember 2013
1.      Latar belakang proposal inovasi yang dikembangkan
            Begitu banyak inovasi yang diterapkan pada perkembangan zaman dan perkembangan teknologi maupun telekomunikasi yang semakin canggih dalam mempermudah manusia dari segala aspek kehidupan, tingkat pengangguran pun juga semakin meningkat jikalau masyarakat tidak jeli dan bersikap abstrak mengenai strategi yang diterapkan dalam mengahadapi perkembangan zaman tersebut. Salah satu strateginya adalah dengan menciptakan suatu inovasi, bisa dalam bentuk produk yang unik dan kreatif, ide atau gagasan dalam peningkatan mutu masyarakat di berbagai bidang, dan membuat modul pelatihan maupun pembelajaran yang bermanfaat bagi perkembangan Negara Indonesia serta dunia yang nantinya akan mengoptimalkan terwujudnya Tujuan Pendidikan Indonesia.
            Membaca setiap peluang dalam usaha mengembangkan keterampilan dan keahlian merupakan bentuk pemikiran analisis dan inovasi dalam bidang pembuatan produk menjadi fokus utama dalam menjawab tantangan perkembangan zaman. Inovasi pada telor asin yang menciptakan suatu kreatifitas baru yakni dengan menambah rasa dari telor asin beraneka rasa sehingga akan membentuk jenis lapangan pekerjaan baru yang mampu membantu mengurangi sedikit demi sedikit pengangguran di daerah sekitarnya.
            Menjawab tantangan inovasi  terbuatlah modul pelatihan pengasinan telur dengan varian aneka rasa. Telur asin merupakan salah satu sumber protein yang mudah didapat dan berharga relatif murah. Telur asin sebagai bahan makanan yang telah diawetkan mempunyai daya tahan terhadap kerusakan yang lebih tinggi dibandingkan telur mentah. Telur umumnya mengandung protein 13%, lemak 12%, mineral dan vitamin. Selain lebih awet telur asin juga digemari karena rasanya yang relatif lebih lezat dibandingkan telur tawar biasa.
            Modul pelatihan telor asin aneka rasa dapat menjadi trobosan usaha pembuatan telur asin yang merupakan salah satu jenis industri makanan yang umumnya berskala mikro dan kecil. Bahan baku utama yang akan dijadikan telur asin adalah telur itik, sedangkan jenis telur lainnya tidak lazim dilakukan karena kebiasaan dari masyarakat Indonesia yang menganggap telur asin berasal dari telur itik. Lokasi industri telur asin umumnya cukup dekat dengan daerah peternakan itik dan merupakan daerah pesawahan yang luas, dikarenakan untuk mempermudah pengolahan telur asin dan sebagai inovasinya telur asin dikembangkan dalam berbagai rasa dan aroma, seperti rasa bawang, rasa coklat, dan rasa udang. Aneka rasa telur asin bisa menambah keanekaragaman makanan khas yang bisa diproduksi sesuai permintaan pasar.
2.      Manfaat
  1. Memahami pengelolaan informasi pada pembuatan telur asin aneka rasa.
  2. Dapat mempunyai ketrampilan dalam peningkatan inovasi berwirausaha dari mengelola data informasi termasuk pembuatan, pemasaran, dan pengolahan telur asin sebagai inovasi berwirausaha.
  3. Dapat mengenalkan produk dari industri rumahan ke dalam atau keluar luar pada komsumen secara strategis.
  4. Dapat menjadi salah satu gagasan dalam menambah pendapatan ekonomi bagi masyarakat dalam membuka lapangan kerja baru.
  5. Dapat membantu pemerintah dalam pemberantasan orang miskin dan pengangguran.
  6. Memahami system produksi telur asin aneka rasa.
  7. Mengurangi resiko kegagalan dalam memulai usaha
3.      Spesifikasi (bahan dan alat serta biaya pembuatan)        
          Bahan dan Alat
a.     Alat :
      1.            Ember
      2.            Alat pengaduk
      3.            Kuali tanah atau panic
      4.            Toples atau tempat penyimpan telur
      5.            Kain lap
      6.            Baskom
      7.            Tusuk gigi
      8.            blender
      9.            jarum suntik
b.      Bahan :
1.      Telur bebek atau itik
2.      Abu gosok atau batu bata
3.      Garam
4.      Amplas
5.      Air
Analisa Peluang Usaha
            Kegiatan industri telur asin aneka rasa ini telah terbukti dapat meningkatkan nilai tambah dari telur asin itu sendiri jika di buat menjadi aneka rasa, berikut adalah analisis profit dari pembuatan telur asin aneka rasa.
            Telur Asin Rasa Udang       
Biaya Poduksi 100 butir telur:
Telur bebek 100 @1000           =  100.000        
Bata                                         =    5.000
Garam                                     =    2.500
Ebi 2 Ons @ Rp.5.000            =  10.000
Alat suntik 3 @ 2500              =    7.500
Biaya Transport                     =    5.000
Jumlah                                   =   130.000
Harga jual Rp.1.500 @ butir   = Penjualan
100 x Rp.1.500 =Rp.150.000
Jadi laba/rugi = Jumlah penjualan-biaya Produksi
Rp.150.000-Rp.130.000 = Rp.20.000
Keuntungan per butir  = Rp.20.000 :100 = Rp.200
4.      Cara kerja PEMBUATAN TELOR ASIN ANEKA RASA
a.       Pilih telur yang bermutu baik (tidak retak atau busuk) agar hasil pada penyuntikan ekstrak tidakn mengalami pecah.
b.      Bersihkan telur dengan jalan mencuci di ember , kemudian keringkan dengan kain lap.
c.       Buat adonan pengasin yang terdiri dari campuran batu bata yang telah dihaluskan  dan garam, dengan blender dan perbandingannya sama (1:1).
d.      Tambahkan sedikit air ke dalam adonan kemudian aduk dengan alat pengaduk sampai adonan berbentuk pasta. Suntikkan perasa kedalam telur bebek susuai rasa yang diinginkan rasa (coklat, udang dan bawang) dengan menggunakan jarum suntik.
e.       Bungkus telur dengan adonan satu persatu secara merata sekeliling permukaan telur, sampai tidak ada celah.
f.       Simpan telur dalam kuali selama 5-7 hari. Usahakan agar telur tidak pecah, simpan di tempat yang bersih dan terbuka.
g.      Setelah selesai masa perendaman, ambil telur lalu cuci kembali dengan air dan sedikit digosok untuk menghilangkan bekas dari rendaman.
h.      Kukus selama kurang lebih 1 ½ samapai 2 jam, pengukusan dalam kurun waktu itu untuk memperlama penyimpanan
Beragam varian cara pengasinan telur itik
            Pada dasarnya dapat dibagi 2 yaitu cara basah dan cara kering. Cara basah yaitu dengan merendam telur itik dalam larutan garam jenuh, sedangkan cara kering yaitu dengan menggunakan bahan pembungkus, baik dari bahan tanah liat, bubuk bata atau menggunakan garam atau bahan lain yang telah dicampur dengan garam.
A.      Telur asin prinsip pembungkusan kering (dry packing)
·         Bahan pengawet dan ukuran : untuk 100 butir telur perlu campuran bata merah 1 kg ,abu 1 kg, garam 0,5kg, asam sendawa 25 gr.
·         Cara : Campurkan bahan pebgawet hingga terbentuk adonankemudian telur disimpan sampai 2 minggu telur asin siap di pasarkan.
B.      Telur asin prinsip perendaman (immersion in liquid)
·         Bahan dan ukuran : 100 butir telur butuh 10 liter air 3 kg garam,13 gram asam sendawa (1%)
·         Cara :  Larutan bahan pengawet dimasak sampai mendidih,lalu didinginkan,telur yang telah dicuci bersih sampai 2 minggu kemudian di rebus disimpan pada suhu kamar.
C.      Telur asin sistem gadap
·         Bahan:  Dibuat adaonan garam dengan batu merah atau lumpur
·         Cara: Telur yang telah di cuci, masukkan ke adonan selama 10-15 hari, lalu digulung dalam adonan abu, garam dan disimpan dalam kotak ditempat agak lembab.
D.     Telur asin sistem lagadap
            Telur yang telah dicuci bersih benamkan pada larutan garam dapur pekat selama 7-8 hari lalu dicuci dan direbus (tahan 2 minggu)
            Ada pula cara pengawetan telur yang mempertahankan rasa aslinya :
1.      Telur dengan asli sistem alfin
            Telur segar umur 2 hari dicuci bersih, digosok dengan kapas beralkohol (95-960) lalu dicelupkan dalam cairan parafin suhu 50-60 C selam 10 menit keringkan dan simpan ditempat yang aman (tahan 6 bln).
2.      Telur dengan rasa asli sistem akasia
            Kilit akasia (240 gr) ditumbuk, dicampur air (20 liter) direbus selama 1 jam. Setelah dingin telur direndam pada larutan tsb.
3.      Telur denagn rasa asli sistem MIPA
            Telur segar dicelupkan dalam minyak kelapa (0,25 liter) denagn posisi lancip dibawah ( tahan 3 minggu).
4.      Telur dengan rasa asli sistem kanpla.
            Telur segar yang telah dibersihkan dimasukkan dalam kantong plastik/dirangkap tutup kantong dalam kantong kuat kuat ( tahan 3 minggu).
            Ada beberapa cara pengasinan telur itik yang semuanya menggunakan bahan utama garam yakni :
1.                   Cara pengasinan telur ”halidan” Adalah pengasinan telur yang menggunakan bahan pembungkus tanah liat dan garam dengan perbandingan 1;1 telur yang diasinkan dengan cara ini bisa disimpan selama 30 hari.
2.                   Cara pengasinan telur ”pindan” Adalah pengasinan telur yang menggunakan bahan pembungkus serbuk gergaji dengan perbandingan 1:1:1 telur yang diasinkan dengan cara ini bisa di pertahankan selam 30 hari.
3.                   Cara pengasinan telur ” dsaudan” Adalah pengasinan telur yang menggunakan bahan pembungkus nasi, dan garam dengan perbandingan 1:1 telur yang diasinkan dengan cara ini bisa disimpan selama 180 hari.
4.                   Cara pengasinan telur ” larutan garam jenuh” Adalah pengasinan telur yang menggunakan air garam perbandingan bahan adalah 1:1 atau 1:2 telur yang diasinkan dengan cara ini bisa di pertahankan/disimpan selama 15 hari.
5.                   Cara pengasinan telur ”brebes” Adalah pengasinan telur yang menggunakan bubuk bata merah, garam, Ciu/arak, sendawa dan gula merah penggunaan Ciu/arak sebagai pembentuk pasta berguna untuk menghilangkan bau amis pada telur itik. Sendawa untuk mempertahankan warna putih telur dan kuning telur gula merah untuk menetralisasi rasa pahit sendawa.
Pemasaran telur asin aneka rasa
            Menurut M. Rasyaf (1993:35), jalur pemasaran telur itik ada beberapa langkah dan berdasarkan perannya dapat diuraikan sebagai berikut:
1.    Pedagang pengumpul, umumnya langsung datang ke peternak dan peran mereka begitu kekeluargaan.  Harga yang disepakati juga harga peternak atau farm gate price  yaitu harga di peternak yang sudah tentu lebih rendah daripada harga eceran di pasar. Harga yang disepakati atau yang ditawarkan begitu rendah atau 40% hingga 63% dibawah harga eceran.
2.    Pedagang besar, mereka ini yang mengumpulkan telur dari para pedagang pengumpul itu.  Di beberapa tempat peran mereka ini sudah memudar karena banyak pedagang pengumpul yang langsung menjual telur-telur itu kepada pedagang eceran. Harga yang ditawarkan 30% hingga 47% di bawah harga eceran.
3.    Pedagang eceran, yaitu mereka yang berhadapan langsung dengan konsumen akhir dan tidak selalu pedagang kecil yang berlokasi di kaki lima. Jajaran pedagang eceran inidapat berupa pasar swalayan, toko pangan atau restoran. Harga yang ditawarkan pada tingkat jalur ini umumnya 15% hingga 23% lebih rendah daripada yang dikenakan pada konsumen akhir.
            Strategi pemasaran
1.    Strategi produk
            Dalam hal ini produk dapat berupa telur sejarah utama untuk memenuhi kepuasan konsumen adalah melihat mutu dan manfaat produk.
2.    Harga
            Harga yang di tetapkan stabil dan bersaing dengan produsen petelur lainnya,harga terlalu tinggi akan mengurungkan niat pembeli,sebaliknya harga yang terlalu rendah di khawatirkan tidak dapat memenuhi biaya produksi.pemberian diskon setiap pembelian dalam jumlah tertentu juga dapat menarik pembeli.­­
3.    Tempat
            Tidak kalah pentingnya dengan kualifikasi produk dan harga.tempat dan pasar juga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pemasaran .penentuan pasar harus didasarkan dengan kemudahan produk telur oleh konsumen.
4.    Promosi
            Salah satu cara promosi yang paling banyak dilakukan adalah dengan memasang iklan,selain memasang iklan promosi juga dapat di lakukan dengan secara langsung dari mulut ke mulut. Strategi lain yang dapat digunakan dalam pengembangan industri telur asin aneka rasa ini adalah menggunkan direct marketing serta melakukan analisis SWOT terhadap produk telur asin aneka rasa sehingga kita bisa lebih memahami keunggulan, kelemahan, ancaman dan peluang dalam pengembangan telur asin aneka rasa, untuk mempermudah proses pemasaran telur asin aneka rasa dapat dilengkapi dengan izin dari dinas kesehatan dan dinas perdagangan. Usaha pengembangan produk telur asin aneka rasa akan bisa berkembang dengan lebih baik, jika kita melakukan kerjasama kemitraan antara peternak telur bebek, pengusaha telur asin, dan pemerintah, sehingga pengembangan produk bisa lebih cepat maju hal ini karena pasokan bahan baku telur yang lancar serta jaringan pemasaran yang telah di miliki pengusaha telur asin dan dukungan pemerintah.
Strategi Grading dan Standardisasi
            Grading adalah proses pemilihan produk menurut klasifikasi yang telah ditetapkan karena permintaan pembeli. Grading ini mampu menaikkan efisiensi dalam pemasaran dan memperbesar kegunaan produk bagi konsumen (HADIPRODJO, 1990). Adanya grading memungkinkan penjualan dilakukan secara diskriftif (tidak usah dilihat barangnya lebih dahulu) dan dapat dilakukan dengan media komonikasi yang sudah berkembang.
5.      Kelebihan dan kelemahan
·         Kelebihan dari telur asin aneka rasa:
1.      Menambah variasii baru, telur asin yang beraneka ragam juga memenuhi asupan gizi, terutama bagi orang yang tidak menyukai telur dengan rasa asin.
2.      Proses dan biaya produksi yang tidak mahal menjadikan nilai tambah tersendiri.
·         Kekurangan dari telur asin aneka rasa:
1.      Jika salah dari segi penyuntikan maka akan timbul kerugian yang dari segi bahan dasar yaitu telur bebek.
h.      Lampiran (berupa gambar/foto/compact disc (CD) dan informasi lain yang dirasa perlu)
            Dalam hal pemasaran telur bebek, diharapkan kita bisa lebih jeli dalam melihat sebuah kualitas telur ataupun keadaan pasar karena hal ini akan mempengaruhi nilai produksi dan kita juga harus bisa membaca minat pasar. Ada baiknya kita melakukan riset pasar lebih dulu. Terjaminnya pemasaran telur itik yang memadai dapat mendorong  dan  memperlancar kesinambungan produksi.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

materi kuliah divusi inovasi



KECEPATAN PENGADOPSIAN INOVASI

Adopsi dalam proses penyuluhan pada hakekatnya dapat diartikan sebagai proses
perubahan perilaku lain yang berupa: pengetahuan (cognitive), sikap (affective), maupun
ketrampilan (psycho-motoric) pada diri seseorang setelah menerima “inovasi“ yang
disampaikan penyuluh oleh masyarakat sasarannya. Penerimaan inovasi tersebut, bisaanya dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung oleh orang lain, sebagai cerminan dari adanya perubahan: sikap, pengetahuan dan atau ketrampilannya (Mardikanto, 1996: 104).
Inovasi adalah sebuah proses pembaruan dalam unsur kebudayaan masyarakat, yakni teknologi. Inovasi berarti penemuan baru dalam teknologi manusia. Sifat-sifat kecepatan adopsi inovasi adalah sebagai berikut :

1.       Keuntungan – keuntungan relatif (relative advantages),  yaitu apakah cara – cara atau gagasan baru ini memberikan sesuatu keuntungan relatif bagi mereka yang kelak menerimanya. Hal ini digunakan oleh si inovator untuk menciptakan ide atau bentuk inovasi nyata degan memikirkan apakah inovasi yang diciptakan berguna secara berkala yang dapat terus berlanjut bagi masyarakat dalam menggunakannya.
2.       Keserasian (compatibility); yaitu apakah inovasi yang hendak di difusikan itu serasi dengan nilai – nilai, sistem kepercayaan, gagasan yang lebih dahulu diperkenalkan sebelumnya, kebutuhan, selera, adat – istiadat dan sebagainya dari masyarakat yang bersangkutan. Sebuah inovasi yang diciptakan tidak serta merta diciptakan secara langsung, tapi dipikirkan terlebih dahulu bagaimana inovasi tersebut dapat diterima oleh masyarakat dengan upaya menserasikan inovasi tersebut dengan apa saja bentuk nilai dan sebagainya yang sudah ada di masyarakat sehingga tidak ada ketidakserasian jika sebuah inovasi telah siap dipublikasikan.
3.       Kerumitan (complexity); yakni apakah inovasi tersebut dirasakan rumit. Pada umumnya masyarakat tidak atau kurang berminat pada hal-hal yang rumit, sebab selain sukar untuk dipahami, juga cenderung dirasakan merupakan tambahan beban yang baru. Sudah jelas disini dikatakan bahwa hal hal baru yang akan dipublikasikan harus mudah digunkan karena umumnya masyarakat akan menjadi pengguna dengan melihat tingkat kerumitan sebuah inovasi, biasanya jika inovasi yang dipublikasikan mudah digunakan maka masyarakat akan banyak mengadopsi inovasi tersebut. Setidaknya, sebuah inovasi harus memiliki tingkat guna yang besar dan mudah digunakan oleh masyarakat.
4.       Dapat dicobakan (trialability); yakni bahwa sesuatu inovasi akan lebih cepat diterima, bila dapat dicobakan dulu dalam ukuran kecil sebelum orang terlanjur menerimanya secara menyeluruh. Sebaiknya sebuah inovasi dapat di cobakan terlebih dahulu sebab tingkat kepercayaan masyarakat atau calon pengguna inovasi pasti mempertimbangkan inovasi yang baru dikenalnya, jika inovasi tersebut telah dicobakan dan berhasil maka hal tersebut mampu memberikan dampak positif yaitu ketertarikan yang lebih besar untuk masyarakat.
5.       Dapat dilihat (observability); jika suatu inovasi dapat disaksikan dengan mata, dapat terlihat langsung hasilnya, maka orang akan lebih mudah untuk mempertimbangkan untuk menerimanya, ketimbang bila inovasi itu berupa sesuatu yang abstrak, yang hanya dapat diwujudkan dalam pikiran, atau hanya dapat dibayangkan. Hasil nyata sebuah inovasi merupakan bukti yang jelas terlihat oleh mata merupakan bentuk inovasi yang dapat dipertimbangkan untuk diterima daripada ide-ide yang tidak dapat diwujudkan.

Jadi, dalam kelima sifat ini sudah dijelaskan bagaimana inovasi dapat diterima oleh masyarakat agar sebuah inovasi dapat mendukung memenuhi kebutuhan yang sebelumnya ada menjadi tidak ada atau yang sebelumnya tidak memberikan banyak manfaat menjadi sangat bermanfaat.

            Adapun beberapa aspek-aspek kecepatan adopsi inovasi yakni :
a.   Relative advantage (keunggulan relatif), apakah inovasi yang diintroduksikan memberikan manfaat kepada adopters yang diukur tidak hanya pada aspek teknis dan ekonomis, juga dikaitkan dengan social prestige, kenyamanan (convenience) dan kepuasan (satisfaction).
b. Compatibility (kesesuaian) adalah  tingkat keserasian dari suatu inovasi apakah inovasi tersebut konsisten dengan nilai-nilai yang ada, pengalaman sebelumnya dan kebutuhan adopter. Inovasi yang tidak sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma adopter akan sulit diadopsi atau Jika inovasi berlawanan atau tidak sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang dianut oleh adopter maka inovasi baru tersebut tidak dapat diadopsi dengan mudah oleh adopter.
c. Complexity (kerumitan), berkaitan dengan tingkat kesulitan hasil inovasi untuk dipahami dan digunakan oleh individu atau masyarakat/dunia industri. Inovasi yang kompleks relatif lebih sulit diadopsi,inovasi yang relatif lebih sederhana akan lebih mudah diadopsi.
d. Trialability atau triabilitas (ketercobaan/dapat diuji coba), merupakan tingkat apakah suatu inovasi dapat dicoba terlebih dahulu atau harus terikat untuk menggunakannya. Suatu inovasi dapat diuji cobakan pada keadaan sesungguhnya, inovasi pada umumnya lebih cepat diadopsi. Untuk lebih mempercepat proses adopsi, maka suatu inovasi harus mampu menunjukkan keunggulannya, sejauh mana inovasi dapat dicoba dan diuji dalam skala kecil, inovasi yang trialable akan mengurangi keraguan untuk mempelajari dan kemudian mempertimbangkan untuk mengadopsinya.
e. Observability (keteramatan), adalah tingkat bagaimana hasil penggunaan suatu inovasi dapat dilihat oleh orang lain. Semakin mudah seseorang melihat hasil suatu inovasi, semakin besar kemungkinan inovasi diadopsi oleh orang atau sekelompok orang. Mudah dilihat atau diamati secara fisik relatif akan memudahkan dalam menstimulasi individu atau masyarakat untuk mengadopsinya.

            Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan adopsi inovasi :
            Menurut Rogers (1983), tingkat adopsi suatu inovasi dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, yaitu : atribut/karakteristik inovasi (keuntungan relatif, kompatibilitas, kompleksitas, trialabilitas, observabilitas/dapat diamati), Jenis keputusan inovasi, saluran komunikasi (media massa atau interpersonal), sifat dasar sistem sosial (norma, sifat saling keterhubungan individu), upaya promosi agen perubahan.

ATRIBUT ATAU KARAKTERISTIK INOVASI
            Cepat lambatnya penerimaan inovasi oleh masyarakat luas dipengaruhi oleh karakteristik inovasi itu sendiri. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Zaltman, Duncan, dan Holbek bahwa cepat lambatnya suatu inovasi diterima dan diikuti oleh masyarkat tergantung pada atribut atau karakteristik inovasi tersebut.
            Atribut atau karakteristik inovasi adalah salah satu hal yang penting dalam menjelaskan tingkat adopsi suatu inovasi. Dari 49 hingga 87 persen dari variasi dalam tingkat adopsi suatu inovasi dipengaruhi oleh lima atribut/karakteristik inovasi, yaitu keuntungan relatif, kompatibilitas, kompleksitas, trialabilitas, observabilitas.
TIPE KEPUTUSAN INOVASI
            Suatu inovasi yang diadopsi secara individual secara umum diadopsi lebih cepat dari pada suatu inovasi yang diadopsi oleh suatu kelompok. Semakin banyak orang yang terlibat dalam pembuatan keputusan nuntuk mengadopsi suatu inovasi maka tingkat adopsi akan semakin lambat. Artinya, kecepatan tingkat adopsi inovasi dalam rangka untuk membuat sebuah keputusan inovasi tergantung semakin sedikitnya individu yang terlibat.
SALURAN-SALURAN KOMUNIKASI
            Saluran komunikasi merupakan suatu ’alat’ untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi dari sumber kepada penerima. Dalam memilih saluran komunikasi, sumber paling tidakperlu memperhatikan (a) tujuan diadakannya komunikasi dan (b) karakteristik penerima. Jika komunikasi dimaksudkan untuk memperkenalkan suatu inovasi kepada khalayak yang banyak dan tersebar luas, maka saluran komunikasi yang lebih tepat, cepat dan efisien, adalah media massa. Tetapi jika komunikasi dimaksudkan untuk mengubah sikap atau perilaku penerima secara personal, maka saluran komunikasi yang paling tepat adalah saluran interpersonal.
            Saluran-saluran Komunikasi biasanya digunakan untuk mendifusikan suatu inovasi, juga dapat mempengaruhi tingkat adopsi inovasi. Contohnya jika saluran interpersonal (dibandingkan saluran media massa) menciptakan kesadaran ilmu pengetahuan, sebagaimana seringkali terjadi pada pengadopsi selanjutnya, tingkat adopsi mereka terjadi secara lambat.
          Jika sebuah saluran komunikasi yang tidak pantas digunakan, melalui seperti media massa untuk ide-ide baru yang rumit/kompleks/sulit dipahami, hal ini akan mengakibatkan tingkat adopsi yang rendah.

KONDISI SISTEM SOSIAL
            Sistem sosial merupakan berbagai unit yang saling berhubungan satu sama lain dalam tatanan masyarakat, dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Beberapa hal yang dikelompokkan sebagai bagian atau unit dalam sistem sosial kemasyarakatan antara lain meliputi : individu anggota masyarakat, tokoh masyarakat, pemimpin formal, kiai, kelompok tertentu dalam masyarakat. Kesemuanya secara nyata, baik langsung ataupun tak langsung mempengaruhi dalam proses difusi inovasi yang dilakukan.

            Skema variable tingkat adopsi inovasi di atas menunjukkan sifat dasar sistem sosial, seperti norma-norma masyarakat atau suatu sistem dan tingkat di mana struktur jaringan komunikasi saling berhubungan erat, juga mempengaruhi tingkat adopsi inovasi.
Peran Norma dalam Difusi Inovasi
            Norma merupakan hal yang penting dalam proses difusi inovasi. Lebih jauh dalam kaitannya dengan sistem sosial, norma yang dianut oleh masyarakat dapat dipandang sebagai pengikat dan pengukuh pola prilaku masyarakat yang bersangkutan sesuai dengan kaidah sistem sosial yang berlaku.

            Dalam kadar tertentu norma yang dianut juga dapat dipandang sebagai standar dari suatu tatanan prilaku masyarakat yang diianut. Norma itu sendiri bisa bercirian budaya lokal, bernafas keagamaan, ataupun ciri khusus suatu masyartakat tertentu, yang memberi warna tersendiri terhadap sosial budaya masyarakat yang bersengkutan. Namun demikian, di sisi lain norma suatu sistem juga bisa berperan sebagai pengahalang atau barrirers suatu perubahan. Banyak contoh kasus inovasi yang terganggu atau mengalami daya tolak masyarakat (resistensi) karena faktor norma sosial yang dianut oleh masyarakat. Misal, di beberapa provinsi di India, banyak sapi peliharaan yang dianaggap suci sehingga tabu bagi masyarakat untuk menyembelihnya, padahal masyarakat yang bersangkutan umumnya rawan gizi daan rawan protein hewani. Inovasi yang dilakukan termasuk perubahan di bidang pendidikan, direncanakan dan diorganisasikan sedemikian rupa sesuai dengan
social system yang dianut. Yang dimaksud dengan sistem sosial dalam pendidikan misalnya : lembaga sekolah (dasar, menengah, dan pendidikan tinggi), masyarakat pendidikan, malahan mungkin menjamah sistem organisasi yang lebih luas lagi yang berkaitan langsung dengan layanan pendidikan seperti : Dewan Pendidikan di tingkat kabupaten/kota, dewan sekolah, organisasi profesi guru PGRI, dan sebagainya.

UPAYA PROMOSI PERLUASAN AGEN-AGEN PERUBAHAN
          Dalam sistem sosial, salah satu komponen penting adalah pemimpin pendapat (opinion leaders) dan agen perubahan. Seperti telah dibahas sebelumnya bahwa difusi inovasi yang pada dasarnya sebagai penyebarluasan dari gagasan inovasi tersebut melalui suatu proses komunikasi yang dilakukan dengan mengunakan saluran tertentu dalam suatu rentang waktu tertentu di antara anggota sistem sosial masyarakat. Oleh karena sistem sosial merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi, maka proses difusi inovasi tak senantiasa berjalan mulus, karena perbedaan latar belakang dan sistem sosial yang berlaku. Sering peran pemimpi pendapat (opinion leaders) sangat berpengaruh pada prilaku individu.

            Pemimpin pendapat adalah suatu tingkat dimana seorang individu dapat mempengaruhi individu yang lainnya atau mengatur prilaku individu lainnya secara tidak formal ke arah kondisi yang diharapkan, sesuai dengan norma yang berlaku. Sedangkan agen perubahan (change agent)merupakan individu yang bisa mempengaruhi pengambilan inovasi klien ke arah yang diharapkan para agent perubahan.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS